REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Memakai jilbab bukanlah sekadar aksesoris atau simbol semata. Melainkan sebuah kewajiban bagi seorang Muslimah. Namun, bagaimana jika jilbab disandingkan dengan aksesoris nonIslam?
Seperti yang terjadi di di sebuah kafe di Kawasan Klenteng Kota Padang, Sumatra Barat. Kafe yang bernama "Iko Gantinyo" sebenarnya di hari biasa tak berbeda dari kafe-kafe lainnya. Ketika Natal tiba, pemilik kafe mewajibkan seluruh pelayan-pelayannya memakai topi Sinterklas.
"Miris sekali. Kalau dia (pelayan kafe) tidak pakai jilbab mungkin tidak begitu terasa. Masalahnya, sudahlah pakai jilbab trus pakai kopiah santaclaus pula," tutur Hafiz, salah seorang warga Kota Padang yang kebetulan berbelanja di kafe tersebut.
Tentu hal ini menjadi miris, mengapa perayaan natal begitu semarak di negri yang berjulukan "Serambi Makkah" dengan filosofi 'Adat basandi Syara', Syara' basandi Kitabullah'nya. Apalagi kafe yang dimaksudkan Hafiz sangat dekat dengan Masjid Nurul Iman, salah satu masjid utama dan terbesar di Kota Padang.
Menurut Hafiz, memasuki Natal semua pusat perbelanjaan yang ada di kota Padang memajang aksesoris Natal. "Di PA (Plaza Andalas, Mal terbesar di Kota Padang) sudah serasa dalam gereja saja, lama-lama takutnya hal ini jadi budaya," tuturnya.