REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan mengganti hampir separuh Kabinetnya dalam langkah reshuffle dramatis pada Rabu (25/12). Kebijakan itu diambil setelah skandal gratifikasi meluas memaksa pengunduran diri tiga menteri utama dan mengancam kekuatan perdana menteri.
Erdogan mengumumkan di televisi ia telah menggantikan ketiganya--menteri dalam negeri, menteri ekonomi dan menteri lingkungan--dan juga menteri urusan Uni Eropa.
Rombak ulang kabinet itu juga menyentuh pos-pos penting yakni menteri keadilan, transportasi, keluarga dan dan industri hingga polsisi deputi perdana menteri.
Keputusan itu diambil dalam pertemuan tertutup dengan Presiden Abdullah Gul, yang menyatakan sejak Selasa bahwa reshuffle sangat mendesak dilakukan.
Hanya saja tidak ada indikasi, mengingat karakter sang perdana menteri, Erdogan sendiri akan mundur, seperti yang dituntut oleh para demonstran antipemerintah.