REPUBLIKA.CO.ID,
Maskapai penerbangan nakal tidak berpengalaman menerbangkan jamaah umrah.
JAKARTA — Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) meminta biro perjalanan umrah agar menghindari penerbangan umrah nakal atau yang belum memiliki penerbangan umrah di Indonesia.
“Sebab, maskapai penerbangan umrah nakal tidak berpengalaman menerbangkan jamaah umrah di Indonesia,” kata Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) Baluki Ahmad, Rabu (25/12).
Hal itu disampaikannya terkait telantarnya puluhan calon jamaah umrah di Bandara Halim Perdanakusuma karena maskapai yang akan mengangkut jamaah pada Selasa (24/12) malam itu belum mendapatkan izin.
Baluki menilai, calon jamaah umrah yang telantar dari biro perjalanan PT Ziar bukan karena kesalahan biro perjalanannya. “Akan tetapi, ada oknum dari pihak penghubung ke maskapai yang seharusnya mengurus semua izin penerbangan, tetapi ia tidak mengurus,” ujarnya.
Akibatnya, pesawat yang sudah berada di Bandara Halim Perdanakusuma tidak dapat berangkat karena belum mendapat izin take-off dari Kementerian Perhubungan.
Baluki mengatakan, maskapai yang gagal menerbangkan calon jamaah umrah itu adalah Sudan Airways. Karena itu, ia meminta kepada biro umrah agar memilih maskapai yang sudah terkenal berpengalaman menerbangkan jamaah umrah dari Indonesia.
Sebagaimana diketahui, kata dia, ini adalah pertama kalinya Sudan Airways akan menerbangkan calon jamaah umrah dari Indonesia.
Sehingga, beberapa clearance atau proses administrasi penerbangannya belum lengkap. “Inilah yang terjadi pada 28 calon jamaah umrah PT Ziar dan ratusan calon jamaah lain yang akhirnya terkatung-katung di Bandara Halim,” ujarnya.
Evi, pembimbing calon jamaah umrah PT KUM, anak perusahaan PT Ziar, mengatakan, sejak awal pihaknya dan jamaah umrah tidak mengetahui maskapai apa yang akan membawa mereka ke Jeddah, Arab Saudi.
“Saya dan calon jamaah umrah hanya diinformasikan untuk berkumpul di Halim pada Selasa malam karena izin penerbangan akan segera keluar untuk take-off,” katanya.
Ternyata, jelas dia, keterangan dari pihak bandara tidak ada izin penerbangan untuk malam itu. Evi mengakui, ia telah dua kali mendampingi jamaah umrah menggunakan biro umrah PT Ziar dan tidak pernah ada masalah sebelumnya.
“Karena, dulu menggunakan maskapai NAS Eagle Express, anak perusahaan maskapai di Saudi Arabia. Tapi, sekarang sepertinya tidak menggunakan itu,” ujarnya.
Maskapai luar
Belakangan ini, memang semakin banyak maskapai penerbangan luar yang tertarik mendapatkan keuntungan dari tingginya penerbangan umrah dari Indonesia ke Arab Saudi.
Salah satu maskapai yang baru saja memulai penerbangan umrah di Indonesia adalah maskapai asal Thailand, Business Air.
CEO Business Air Anucha Tiwari mengatakan, walaupun baru dalam hal penerbangan umrah di Indonesia, pihaknya sudah berpengalaman dan memiliki izin.
“Kami tidak akan berani bila belum mendapat izin. Terbukti, kami sudah sukses melayani penerbangan umrah pada Mei,” katanya.
Tiwari mengakui, pihaknya memang perlu meningkatkan pelayanan untuk dapat menyaingi maskapai penerbangan yang telah berpengalaman menerbangkan jamaah umrah di Indonesia.
Karena itu, pihaknya berusaha tidak mengecewakan biro perjalanan dan calon jamaah yang telah memilih menggunakan maskapainya.
Managing Director PT Panca Mulia Jaya (PMJ), agen tunggal Business Air Indonesia, Gita Djingga, menuturkan, peluang pasar umrah Indonesia masih bagus. “Peminatnya banyak, tapi armadanya kurang,” ujarnya.
Inilah yang membuat banyak maskapai luar yang terus tertarik berbisnis penerbangan umrah di Indonesia. Namun, ia mengingatkan, hanya beberapa maskapai baru yang telah menyelesaikan izin penerbangan di Indonesia.
“Business Air akan berkomitmen mempermudah para jamaah umrah tanpa mengecewakan mereka,” kata Gita Djingga.