Kamis 26 Dec 2013 23:50 WIB

Lagi, Gajah Sumatera Diduga Tewas Diracun

 Seekor Gajah jantan (elephas maximus sumatranus) berumur sekitar 10 tahun tewas tergeletak di kebun penduduk di Desa Blang Gajah Mate, Geumpang, Pidie, Aceh, Jumat (10/5). (Antara/Zian)
Seekor Gajah jantan (elephas maximus sumatranus) berumur sekitar 10 tahun tewas tergeletak di kebun penduduk di Desa Blang Gajah Mate, Geumpang, Pidie, Aceh, Jumat (10/5). (Antara/Zian)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Seekor gajah Sumatera ditemukan mati. Diduga, gajah dengan kelamin jantan itu tewas akibat racun kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja di Kabupaten Bengkalis, Riau.

"Saat kita temukan, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Sehingga ada dua kemungkinan, mati karena sakit, atau mati karena diracun," kata Kepala Seksi I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Hutomo, Kamis.

Ia mengatakan, untuk memastikan penyebab kematian gajah itu, tim dokter hewan dari BBKSDA Riau sudah melakukan otopsi. Hasil otopsi masih diteliti di Lab Bukittinggi, Sumatera Barat.

Sebelumnya, warga Kecamatan Pinggir dikejutkan dengan ditemukannya bangkai seekor gajah liar. Gajah tersebut ditemukan mati di kebun karet warga RT 03/01 pada Selasa (24/12).

Hutomo mengatakan gajah yang kita temukan ini kondisinya belum membusuk, sehingga diperkirakan baru tiga hari gajah itu mati. Gajah jantan yang mati ini diperkirakan usianya sekitar lima tahun.

Menurut dia, bangkai gajah itu ditemukan di kawasan perbatasan SM Balai Raja dengan perkebunan milik warga tempatnya.

Sementara juru bicara WWF Indonesia Program Riau, Syamsidar menyebutkan, kawasan SM Balai Raja merupakan satu diantara kantong gajah yang tersisa di Riau. Hanya saja kondisi SM Balai Raja sejak satu dekade terakhir terus menyempit.

WWF memperkirakan puluhan ribu hektar kawasan itu sudah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, permukiman dan karet milik masyarakat.

"Kondisi ini tentunya semakin mempersempit wilayah jelajah gajah. Kalau sudah begini maka gajah menjadi sasaran empuk untuk diracun karena dianggap merusak kebun sawit," kata Syamsidar.

Pihaknya mengaku menyayangkan alih fungsi kawasan konservasi itu berlangsung secara masif padahal ilegal. "Kita memang sangat menyayangkan kondisi hutan konservasi yang dialihfungsikan secara ilegal menjadi perkebunan sawit," kata Syamsidar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement