REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso membantah partainya bergantung pada dinasti Atut Chosiyah. Menurutnya, pencalonan Ratu Tatu Chasanah menjadi Ketua DPD I Golkar Banten merupakan hak sebagai kader partai. "Itu hak beliau. Tidak ada masalah," kata Priyo di Jakarta, Jumat (27/12).
Priyo menegaskan, Golkar merupakan partai moderen. Dalam konteks ini Golkar tidak mengenal kultus individu dalam proses pengambilan kebijakan partai. "Hari ini Golkar tidak lagi bersandar pada kultus individu seseorang. Kalau partai lain silakan," ujarnya.
Menurutnya, pemilihan Ketua DPD I Golkar Banten lewat forum Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) berlangsung demokratis. Dikatakan, setiap pemegang suara memiliki hak untuk menentukan siapa kader yang paling baik memimpin Golkar di Banten.
"Di pusat, DPP saja tidak ada tradisi untuk dinasti atau kultus individu, apalagi di provinsi yang merupakan bawahan kami. Tidak ada dinasti, biar berlangsung secara demikratis," katanya.
Priyo berharap Ketua DPD I Banten terpilih bisa memulihkan citra Golkar di Banten. Karena optimisme kader Golkar Banten harus dikembalikan setelah gonjang-ganjing kasus dugaan korupsi Atut dan adiknya Tubagus Heri Wardana. "Dengan nahkoda baru diharapkan bisa membangun kembali optimis para kader," kata Priyo
Hari ini DPD I Golkar Banten menggelar Musdalub untuk mencari ketua baru. Adik Ratu Atut Chasiyah, Ratu Tatu Chasanah terpilih sebagai Ketua DPD I Golkar Banten. Tatu unggul satu suara dari pesaingnya, Iman Aryadi.
Dari 12 suara yang diperebutkan Tatu memperoleh enam suara. Sedangkan Iman memperoleh lima suara. Satu suara sisanya yang menjadi hak tidak digunakan alias abstain.