REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Nilai tukar poundsterling Inggris terhadap dolar AS naik ke tingkat tertinggi dua tahun 1,6578 di pasar London pada Jumat (27/12), di tengah meningkatnya kepercayaan pasar terhadap pemulihan ekonomi negara itu.
Namun, harga obligasi pemerintah Inggris turun, mendorong imbal hasil (yield) obligasi acuan 10-tahun menjadi 3,07 persen, tingkat tertinggi sejak Juli 2011, karena prospek ekonomi yang lebih baik mendorong spekulasi pengurangan stimulus (tapering) oleh bank sentral Inggris (BoE).
Dalam sebuah catatan harian, Geoffrey Yu, ahli strategi mata uang senior di UBS AG di London, memperkirakan pemulihan ekonomi Inggris berlanjut pada kecepatan kuat pada tahun depan, didorong oleh investasi tetap dan permintaan domestik. "Itu akan menjadi pendukung untuk pound," kata Yu.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, pound telah meningkat 6,7 persen terhadap greenback selama enam bulan terakhir. Dolar terdepresiasi 2,5 persen dibandingkan periode yang sama, dan euro menguat 4,4 persen, data menunjukkan.
BoE memperingatkan dalam risalah pertemuan bulanan yang dirilis pekan lalu bahwa apresiasi lebih lanjut pound bisa menghambat pemulihan ekonomi Inggris.
Capital Economics, seorang peramal ekonomi yang berbasis di London, mengatakan bahwa pound sekarang di atas tingkat dimana para pembuat kebijakan BoE telah memperingatkan di masa lalu akan menghambat penyeimbangan kembali ekonomi.
Lembaga ini memperkirakan mata uang akan turun kembali ke 1,55 terhadap dolar pada akhir 2014 dan 1,5 dolar pada akhir 2015.