Selasa 31 Dec 2013 15:38 WIB

Islam di Negeri Kincir Angin

Remaja Muslim Belanda
Foto: RNW
Remaja Muslim Belanda

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah

Jejak Islam di Belanda dapat ditelusuri pada abad ke-16 ketika para pedagang Ottoman (Usmani) mulai memasuki kota-kota pelabuhan di Belanda. Pengaruh Islam datang melalui hubungan dagang.

Bersamaan dengan itu, pada abad ke-17 masjid-masjid di Amsterdam pertama kali dibangun. Pengaruh Islam juga datang dari imigran yang didatangkan dari Indonesia saat masih berstatus negara koloni.

Mulai dari jatuhnya Kerajaan Ottoman hingga kemerdekaan Indonesia, Belanda memiliki warga negara Muslim terbesar di dunia. Tapi, jumlah Muslim terbatas, terhitung kurang dari 0,1 persen dari populasi domestik.

Kebangkitan ekonomi Belanda dalam rentang waktu 1960-1973 memotivasi Pemerintah Belanda merekrut tenaga kerja migran, terutama dari Turki dan Maroko.

Pada 1980-an dan 1990-an gelombang imigran kemudian tiba melalui reunifikasi keluarga dan para pencari suaka, seperti dari Bosnia, Somalia, Iran, Pakistan, Afghanistan, dan Irak.

Sebagian besar imigran Muslim juga datang dari koloni, terutama Indonesia dan Suriname. Terlepas dari hal itu, berkembangnya jumlah Muslim juga didorong pernikahan.

Tapi, karena undang-undang pernikahan dan reunifikasi semakin ketat, jumlah imigran dari Turki dan Maroko menurun tajam sejak 2003.

Statistik pada 2009 menunjukkan, Belanda adalah rumah bagi sekitar satu juta Muslim atau sekitar 5,8 persen dari jumlah penduduk setempat.

Sebagian besar Muslim Belanda berada di empat kota besar, yakni Amsterdam, Rotterdam, Den Haag, dan Utrecht. Masjid pertama yang dibangun dengan rencana matang adalah Masjid Mobarak yang dibangun jemaah Ahmadiyah.

Terdapat sekitar 400 masjid Belanda. Sekitar 200 di antaranya adalah masjid yang digunakan warga keturunan Turki, 140 masjid Maroko, dan 50 masjid Suriname.

Masjid terbesar di Belanda dan Eropa Barat adalah Masjid Essalam. Masjid ini diresmikan Wali Kota Rotterdam Ahmed Aboutaleb pada Desember 2010.

Masjid dengan menara setinggi 50 meter ini mampu menampung 1.500 jamaah dan pembangunannya menghabiskan empat juta euro.

Dalam politik, Muslim juga berperan serta. Partai Muslim menggadang kandidatnya dalam pemilihan kepala daerah dan anggota parlemen.

Keterlibatan Muslim yang paling diingat dalam pemerintahan Belanda adalah Ahmed Aboutaleb yang terpilih sebagai wali kota Rotterdam pada 2008 dan Ayan Hirsi Ali yang keluar dari parlemen dengan kontroversial pada 2006.

Di Rotterdam, terdapat 37 sekolah dasar Islam dan satu sekolah menengah yang mulai berdiri pada Agustus 2000. Sekolah-sekolah tersebut diakui dan dibiayai negara.

Selain mengajarkan kurikulum nasional, pelajaran agama juga diberikan. Pelajaran agama memiliki porsi beberapa jam dalam sepekan.

Dalam hal pendidikan Islam, Pemerintah Belanda bekerja sama dengan Pemerintah Turki dan Maroko. Kepresidenan Urusan Agama Turki menunjuk 140 imam masjid untuk ditempatkan di Belanda.

Hukum di Belanda memperbolehkan umat Muslim melaksanakan upacara pemakaman secara Islam. Pemakaman bagi Muslim juga ada tersendiri.

Di sejumlah kota, termasuk Amsterdam, perempuan Muslim tidak dibolehkan menghadiri kelas dengan memakai jilbab.

Pada akhir 2005, parlemen Belanda mengegolkan resolusi yang memperingatkan pemerintah untuk melarang pemakaian burqa. Tapi, pada Maret 2007 pemerintahan Perdana Menteri Balkenende memutuskan tidak menetapkan peraturan itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement