REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana
Industri perbukuan Indonesia lebih maju daripada Malaysia.
JAKARTA — Pameran buku Islam atau Islamic Book Fair (IBF) rencananya dijadikan pameran buku internasional mulai tahun 2015.
“Target kami, mulai tahun 2015 Islamic Book Fair (IBF) akan dijadikan International Islamic Book Fair (IIBF),” kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro, Senin (30/12).
Sejumlah tokoh mendorong agar IBF yang digelar setiap tahun ditingkatkan menjadi pameran buku Islam internasional.
“Sudah saatnya IBF mendunia,” kata Ketua Harian Perhimpunan Sastra Budaya Negara Serumpun (PSBNS) Dr Free Hearty.
IBF, lebih lanjut Free Hearty menjelaskan, harus dinaikkan kelasnya menjadi IIBF dengan mengundang sebanyak mungkin para penerbit dari manca negara.
IBF digelar kali pertama di Istora Gelora Bung Karno Jakarta tahun 2001. Hingga saat ini, pameran yang diselenggarakan oleh kelompok kerja (Pokja) Ikapi DKI itu sudah diselenggarakan 12 kali. IBF ke-13 tahun 2014 akan diadakan 28 Februari-Maret 2014.
Afrizal mengemukakan, sebelum IBF go international, ada hal-hal yang harus disiapkan, terutama menyangkut tempat pameran dan buku yang dipamerkan. “Tempat pameran harus lebih representatif, misalnya Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta,” ujarnya.
Selain itu, para penerbit dari Indonesia perlu mengalihbahasakan buku-buku unggulannya minimal ke dalam dua bahasa internasional, yakni bahasa Arab dan Inggris.
Kehadiran buku-buku yang sudah dialihbahasakan tersebut sangat penting untuk menyambut para pembeli dari mancanegara. “Dengan demikian, Indonesia bisa mengekspor buku, tidak hanya jadi pasar buku bagi para penerbit dari luar negeri,” kata Afrizal tegas.
Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Dr Hamid Fahmy Zarkasy mengatakan, IBF telah berkembang menjadi pameran buku Islam yang sangat besar, tidak kalah dengan pameran buku internasional Kairo (Cairo International Book Fair), Mesir.
“IBF merupakan pameran buku yang sama besarnya dengan Cairo International Book Fair. Belum ada pameran buku yang sebesar ini, kecuali di Kairo,” kata Fahmi pada acara IBF Goes To Campus yang digelar di kampus Institut Ilmu Alquran (IIQ) Ciputat, Tangerang, Banten, akhir pekan lalu.
Ia menambahkan, melalui IBF masyarakat bisa mengetahui bahwa di Indonesia tiap tahun terbit ribuan judul buku Islam. “Saya tidak tahu mengapa dunia perbukuan Malaysia dianggap lebih maju daripada Indonesia. Menurut saya, itu hanya persepsi. Dan, persepsi tersebut harus diluruskan,” ujarnya.
Fahmy menjelaskan, buku-buku terbitan Indonesia di Malaysia laku keras. Jika dosen-dosen di Malaysia memerlukan buku-buku ilmiah, mereka akan mencarinya di toko-toko buku yang khusus menjual buku-buku dari para penerbit Indonesia.
Hamid menegaskan, IBF adalah ajang untuk mencerdaskan umat, sekaligus ajang untuk mengembangkan potensi umat serta pengetahuan umat Islam di Indonesia khususnya dan negara-negara tetangga pada umumnya.
Menurutnya, IBF merupakan suatu ukuran bagaimana tingkat intelektualitas umat Islam dari tahun ke tahun serta bagaimana produktivitas umat Islam dari tahun ke tahun. “IBF merupakan suatu barometer kualitas umat Islam di Indonesia,” kata Fahmy.