Rabu 01 Jan 2014 22:59 WIB

Wahid Institute Tuding Densus 88 Gagal

Rep: c57/ Red: Maman Sudiaman
Kapolri Jendral Pol. Sutarman (tengah) didampingi Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius (kedua kiri)berbincang dengan Kasubdit Jatrantas Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan (kanan) saat mengunjungi operasi penggerebekan rumah terduga teroris di Ciputat, T
Foto: Antara/Hafidz Mubarak
Kapolri Jendral Pol. Sutarman (tengah) didampingi Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius (kedua kiri)berbincang dengan Kasubdit Jatrantas Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan (kanan) saat mengunjungi operasi penggerebekan rumah terduga teroris di Ciputat, T

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- The Wahid Institute menyesalkan terjadinya kasus baku tembak antara sekelompok orang dengan tim Densus 88 yang berbuntut tewasnya enam orang terduga teroris di Tangerang Selatan pada Selasa (31/12) malam.

Menurut Direktur Eksekutif The Wahid Institute, Ahmad Suaedy, pascabakutembak itu, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dan sejumlah anak buahnya melakukan peninjauan di ke lokasi kejadian di Jalan Ki Hajar Dewantara, RT 04/07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Dalam penanganan kasus ini, katanya, polisi semestinya harus tetap menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah.

Sebab, oleh pengadilan formal, kasus mereka belum ditangangani apalagi divonis bersalah sebagai pelaku teroris. “Seharusnya, polisi Densus 88 bisa menangkap para terduga teroris hidup-hidup, meskipun mungkin terluka, dan tidak langsung menembak mati mereka,” ujar Ahmad Suaedy, kepada ROL, Rabu (1/1).

Menurutnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pernah menegaskan, saat ini terdapat dua ratus orang terduga teroris di Indonesia. Sehingga jika hal tersebut terus dibiarkan, berarti polisi masih akan membunuh dua ratus orang terduga teroris lagi. "Penembakan mati terhadap terduga teroris adalah kegagalan Densus 88, karena tidak berhasil menangkap mereka dalam keadaan hidup dan bisa dicari jaringannya," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement