REPUBLIKA.CO.ID, GOLAN -- Warga desa Masada di Golan Suriah yang diduduki pada Selasa (31/12) melancarkan aksi duduk dan mengecam otoritas pendudukan Israel karena tanah mereka.
Para peserta unjuk rasa mengibarkan bendera Suriah dan foto Presiden Bashar al-Assad, menegaskan bahwa mereka tidak akan mengakhiri aksi duduk mereka sampai negara Yahudi itu mengembalikan tanah mereka. Mereka menekankan komitmen untuk identitas nasional mereka dan tanahnya.
Pihak berwenang pendudukan Israel, menurut laporan SANA yang dikutip Kamis (2/1), melanjutkan langkah-langkah provokatif dengan melakukan penekanan terhadap warga Suriah di Golan yang dicaplok Israel itu.
Pada awal Desember sebuah mortir yang ditembakkan dari Suriah melanda kota Dataran Tinggi Golan yang dicaplok Israel, kata saksi kepada AFP. Mortir tersebut mendarat di tepi barat Majdal Shams, sekitar 50 meter dari sebuah rumah, tetapi tidak menyebabkan korban atau kerusakan, kata mereka.
Tidak ada konfirmasi segera dari pihak militer Israel, dengan seorang wanita juru bicara mengatakan pasukan sedang mengamati insiden tersebut.
Majdal Shams adalah kota terbesar di Dataran Tinggi Golan, dengan populasi sekitar 9.900 orang, yang semuanya adalah etnis Druze. Sektor dataran tinggi strategis yang diduduki Israel telah tegang sejak dimulainya konflik Suriah pada tahun 2011. Sejauh ini, hanya ada ledakan-ledakan kecil dan tembakan senjata ringan Suriah atau mortir yang menghantam sisi Israel, mendorong negara Yahudi itu menanggapi sesekali.
Israel, yang secara teknis berperang dengan Suriah, telah menyita 1.200 kilometer persegi (460 mil persegi) dataran tinggi strategis itu selama Perang Enam Hari 1967. Israel kemudian mencaploknya dalam tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.