Kamis 02 Jan 2014 16:11 WIB

"Anggaran Pesta Kembang Api Sebaiknya untuk Orang Miskin"

  Warga merayakan pergantian tahun baru pada atap gedung saat pergantian tahun di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (1/1) dini hari.   (Republika/Tahta Aidilla)
Warga merayakan pergantian tahun baru pada atap gedung saat pergantian tahun di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (1/1) dini hari. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ketua Yayasan Purnama Kasih (Yaspurka) Kupang Yoseph Ariyanto Lu Teflopo berpendapat anggaran untuk pesta kembang api perayaan tutup tahun lebih bermanfaat bila digunakan pemerintah dengan program membantu masyarakat miskin.

"Anggaran untuk pengadaan kembang api sebaiknya digunakan pemerintah untuk membantu orang miskin dalam bentuk sembako. Mungkin ini jauh lebih bermanfaat ketimbang membakar uang lewat euforia kembang api tersebut," katanya di Kupang, Kamis, menanggapi pesta kembang api pada malam pergantian tahun dari 2013 ke 2014.

Menurut dia, ekspresi untuk melepas pergi tahun lama menyongsong fajar tahun baru, tidak harus ditunjukkan dalam bentuk pesta kembang api seperti yang terjadi pada malam pergantian tahun dari 2013 ke 2014 di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa malam lalu.

"Ekspresi tersebut bisa kita wujud nyatakan dalam bentuk bantuan sembako kepada orang miskin, mungkin jauh lebih berahmat ketimbang membeli kembang api yang harganya mencapai ratusan hingga jutaan rupiah hanya untuk dinikmati pesonanya dalam waktu seketika," ujar Ariyanto.

Jumlah penduduk miskin di NTT, menurut Badan Pusat Statistik NTT, mencapai sekitar 993.560 orang dari hampir lima juta jiwa penduduk di wilayah provinsi kepulauan ini.

Prosentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sekitar 0,68 persen, sedang di daerah pedesaan NTT turun sekitar 0,85 persen.

Dalam konteks ini, ia mengharapkan pemerintah lebih peka dalam membaca fenomena sosial, sehingga masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan juga merasa terhibur dalam menyambut pesta tutup tahun.

"Pesta kembang api dengan harga jutaan rupiah itu hanya dinikmati seketika. Jika anggaran untuk kembang api itu digunakan untuk membeli sembako kemudian dibagikan ke panti-panti asuhan dan para jompo, mungkin akan lebih dikenang dalam waktu yang lama," kata Ariyanto.

Ia mengharapkan kalangan berpunya dan pemerintah daerah agar ke depan perlu lebih memikirkan nasib masyarakat miskin di panti-panti asuhan serta para jompo, ketimbang menghabiskan energi untuk membakar kembang api yang hanya dinikmati sesaat, tanpa membawa dampak apa-apa terhadap perubahan peri kehidupan masyarakat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement