Kamis 02 Jan 2014 23:10 WIB

Kontroversi Quenelle Anelka: Anti-Kemapanan = Anti-Yahudi?

Rep: Elba Damhuri/ Red: Hafidz Muftisany
Gestur kontroversial Nicolas Anelka saat selebrasi usai mencetak gol kedua untuk West Bromwich dalam laga melawan West Ham United pada Sabtu (28/12/2013) di The Boleyn Ground, Upton Park, London.
Foto: AP
Gestur kontroversial Nicolas Anelka saat selebrasi usai mencetak gol kedua untuk West Bromwich dalam laga melawan West Ham United pada Sabtu (28/12/2013) di The Boleyn Ground, Upton Park, London.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kontroversi salam Quenelle oleh pesepak bola Nicolas Anelka terus berkepanjangan di Prancis. Anelka tetap berkeras bahwa salam itu tidak ada kaitannya dengan agama atau kelompok masyarakat tertentu.

"Ini salam anti-sistem, anti-kemapanan, bukan anti-Yahudi atau anti-Semit," kata pemain West Bromwich Albion itu.

Anelka mengatakan, salam itu diberikan sebagai penghormatan terhadap rekannya, komedian Prancis, Dieudonne M'Bala M'Bala. Pemain Muslim ini mengaku sangat respek terhadap orang-orang Yahudi.

Apa betul Quenelle merupakan salam Nazi untuk mendiskriminasi dan mendiskreditkan Yahudi?

Daniel Makonnen, juru bicara Liga Internasional Anti-Rasis dan Anti-Semit, mengatakan sebetulnya ada jarak tipis antara pesan anti-kemapanan dan anti-Semit pada salam itu. Ia memang tidak  secara tegas mengakui bahwa itu salam anti-Semit.

Namun, kata Makonnen, anti-sistem dan anti-kemapanan yang disampaikan Anelka, Samir Nasri, dan pebasket Tony Parker, merujuk pada penguasa yang saat ini yang kebanyakan Yahudi.

"Mereka yang menguasai sistem saat ini adalah Yahudi, dan anti-sistem itu berarti anti-Semit," kata Makonnen seperti dilansir CNN, Kamis (2/1).

Anelka, menurut dia, mencoba menampilkan dirinya sebagai pahlawan anti-kemapanan dan anti-sistem. Dan itu, tegas Makonnen, merujuk pada perlawanan terhadap Yahudi.

Di Prancis, individu secara tegas menyatakan jati dirinya, apakah dia pro kemapanan atau kontra. Makonnen mengatakan, jika pro maka dia berada di belakang pemegang sistem kekuasaan, yakni Yahudi.

Sebaliknya, jika kontra maka dia menentang sistem yang bisa dikatakan sebagai anti-Semit. "Dan serangan rasis terhadap kaum Yahudi meningkat di Prancis dari tahun ke tahun," kata Makonnen.

Anelka tetap menolak segala anggapan Makonnen. "Apapun, saya tetap anti-rasis dan anti-Semit," tegas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement