REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Gara-gara harga elpiji 12 kg naik tinggi, warga yang biasa gunakan tabung besar, beralih ke elpiji subsidi tabung 3 kg. Akibatnya, terjadi kekosongan stok elpiji tabung melon di wilayah kota Bandar Lampung, selama sepekan terakhir.
Pantauan di sejumlah wilayah pemukiman Bandar Lampung, Jumat (3/1), beberapa agen, pangkalan, bahkan pengecer di warung sudah tidak memiliki lagi stok elpiji 3 kg. Kelangkaan elpiji subsidi ini diduga akibat adanya aksi borong warga yang menggunakan elpiji 12 kg, setelah kenaikan mencapai 68 persen lebih.
Warga yang kehabisan gas di rumahnya terpaksa mencari ke berbagai tempat yang lebih jauh dari pemukimannya. Meski, mereka mendapatkan tabung melon, harganya sudah mencapai Rp 25 ribu. Padahal harga sebelum adanya kenaikan elpiji 12 kg hanya Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu per tabung.
“Kami sudah keliling ke warung-warung, semua kehabisan stok. Saya baru dapat gas di daerah pemukiman elit, harganya sudah naik Rp 25 ribu per tabung,” kata Radius, warga Kemiling.
Stok elpiji 3 kg di pangkalan, agen, dan subagen, sudah memasang pengumuman bahwa gas habis. Mereka tidak bisa menjanjikan stok kiriman kapan akan datang lagi. “Sudah seminggu lebih tidak datang juga pasokan dari Pertamina,” kata Bangun, pemilik pangkalan elpiji di Jl. Cik Ditiro, Bandar Lampung.
Warga mengeluhkan pemerintah yang tidak memperhatikan rakyat kecil dalam penyediaan bahan bakar untuk rumah tangga. Menurut Abi Alfia, warga Tanjungkarang Barat, kenaikan elpiji nonsubsidi 12 kg ternyata berpengaruh dengan elpiji subsidi 3 kg.
“Buktinya, yang pakai mobil mengeluarkan tabung melon empat sampai lima tabung,” katanya.
Tidak ada pengawasan dari pemerintah dan pertamina, membuat rakyat kecil semakin menanggung beban dari kenaikan elpiji oleh PT Pertamina (Persero) per 1 Januari 2014 sebesar 68 persen.
“Seharusnya kenaikan dibarangi dengan ketersediaan elpiji subsidi, kalau begini masih masyarakat kecil yang susah cari gas,” ujarnya.