Sabtu 04 Jan 2014 15:12 WIB

Bangladesh Dilanda Pemogokan Jelang Pemilu

Kerusuhan berlangsung di Dhaka, Bangladesh, saat polisi dan demonstran bentrok dalam aksi menuntut pengesahan UU baru tentang penistaan agama.
Foto: AP PHOTO
Kerusuhan berlangsung di Dhaka, Bangladesh, saat polisi dan demonstran bentrok dalam aksi menuntut pengesahan UU baru tentang penistaan agama.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Oposisi Bangladesh mulai memberlakukan pemogokan umum selama 48 jam pada Sabtu menjelang pemilihan umum sementara pemimpinnya masih belum boleh meninggalkan rumah.

Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang memboikot pemilu pada Ahad, menyerukan pemogokan dalam usaha akhir untuk mengganggu pemilihan yang diyakini dimenangi oleh partai Liga Awami Perdana Menteri Hasina.

Pemogokan itu terjadi setelah pemimpin BNP Khaleda Zia mengeluarkan seruan kepada pemilih untuk "memboikot" apa yang dia sebut "satu sandiwara lelucon" dan menuduh pemerintah memberlakukan tahanan rumah atas dirinya.

Kekerasan telah mencederai proses pemungutan suara itu sejak pemerintah menetapkan tanggal pemilu pada Oktober. Sekitar 150 orang meninggal dalam kekerasan terkat pemilu.

Para pengamat takut pemungutan suara itu akan diwarnai kekerasan baru setelah Bangladesh mengalami 12 bulan peristiwa paling berdarahnya sejak perang kemerdekaan 1971 yang brutal melawan Pakistan.

Walaupun pemerintah secara resmi membantah Zia telah ditahan, para pembantu tokoh politik itu mengatakan dia dilarang meninggalkan kediamannya di Dhaka selama sepekan.

Puluhan personel polisi antihuru-hara terlihat di luar rumahnya pada Sabtu, dengan kendaraan semprotan air dan truk pasir mencegah siapapun melintasi penghalang itu.

Dalam komentar pertamanya sejak larangan itu terjadi, Zia mengatakan "pemerintah telah secara efektif menerapkan tahanan rumah atas diriku ... dan rumahku telah ditutup oleh petugas keamanan dan intelejen".

BNP dan 20 partai lain memboikot pemungutan suara setelah Hasina menolak tuntutan mereka agar pemilu diawasi oleh pemerintahan sementara yang netral.

Pemogokan akhir pekan hanyalah yang paling akhir dari serangkaian protes-protes yang memaksa penutupan sekolah-sekolah, kantor-kantor dan toko-toko.

Menyusul serangkaian pemboman mobil dan bus, banyak warga Bangladesh terlalu takut meninggalkan rumah-rumah mereka selama aksi itu.

Polisi menyatakan 1.200 aktivis oposisi telah ditahan walaupun partai-partai menyatakan jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar.

Walaupun 50.000 tentara telah ditempatkan di seantero negeri itu, polisi menyatakan pada Sabtu bahwa sedikitnya 10 tempat pemungutan suara dibakar dalam 24 jam terakhir.

Amerika Serikat, Uni Eropa dan Persemakmuran telah menolak mengirim para pengamat untuk memantau pemilihan yang pihak oposisi katakan tak memiliki kredibilitas.

Hasil pemilihan tak akan diragukan karena calon-calon Liga Awami atau para sekutunya tak tertandingi di 153 dari 300 kursi di parlemen.

Hasina telah menolak semua tuntutan bagi penundaan sampai ada konsensus mengenai kerangka kerja pemilihan, menuding Zia "memilih jalan konfrontasi".

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement