REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya mencermati perkembangan dengan seksama di Provinsi Anbar Irak, dimana gerilyawan telah menguasai Fallujah. AS mengecam pejuang Alqaidah telah melakukan tindakan "barbarisme."
"Mereka bertindak barbarisme terhadap warga sipil Ramadi dan Fallujah serta melawan Pasukan Keamanan Irak yang ditayangkan sehingga semua orang bisa melihat," kata wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf dalam sebuah pernyataan, Sabtu (4/1).
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki Sabtu berjanji akan melenyapkan semua kelompok teroris di Provinsi Anbar Irak, di mana militan telah menyita semua satu kota dan bagian-bagian lainnya.
"Kami tidak akan mundur sampai kita menghabisi semua kelompok teroris dan menyelamatkan rakyat kami di Anbar," kata Maliki seperti dikutip oleh televisi pemerintah Iraqiya.
Bagian-bagian dari Ramadi dan Fallujah, sebelah barat Baghdad, telah dikuasai oleh gerilyawan selama berhari-hari, mengingatkan kembali ke tahun-tahun setelah invasi 2003 pimpinan AS ketika kedua kota adalah kubu pemberontak.
Pertempuran meletus di wilayah Ramadi pada Senin (30/12), ketika pasukan keamanan berusaha melenyapkan kamp protes utama anti-pemerintah yang dibentuk setelah demonstrasi meletus pada akhir 2012 terhadap apa yang Sunni Arab katakan adalah marjinalisasi dan penargetan komunitas mereka.
Kemudian menyebar ke Fallujah, dan pasukan keamanan kemudian menarik diri dari wilayah kedua kota, meninggalkan mereka terbuka untuk diterkam kelompok gerilyawan Alqaidah Islam Irak dan Levant untuk bergerak masuk.
Pada Sabtu, seorang pejabat senior keamanan di Provinsi Anbar mengatakan bahwa Fallujah telah benar-benar di luar kontrol pemerintah dan di tangan ISIL.
Pertempuran antara polisi dan suku sekutu di satu sisi dan gerilyawan ISIL di pihak yang lain menewaskan lebih dari 100 orang di Ramadi dan Fallujah pada Jumat, kata beberapa pejabat keamanan. Itu adalah hari yang paling mematikan bagi Irak dalam beberapa tahun terakhir.