REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pengusaha asal Sulawesi Selatan, Aksa Mahmud, mengimbau para da'i untuk berani berhutang. Cara ini menurutnya efektif membuat da'i lebih maksimal mendapatkan penghasilan. Dengan berhutang, da'i dituntut untuk mampu membayar hutang.
"Ini sudah saya terapkan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng," jelas Aksa, saat menghadiri Mukernas Wahdah Islamiyah, di Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (5/1). Para imam masjid itu dikenal sebagai penghafal al - Quran. Aksa menyebut mereka digaji per orang setiap bulannya Rp 12 juta.
Mereka kemudian diminta oleh Aksa untuk kredit mobil. Aksa menilai da'i yang memiliki mobil akan lebih meningkatkan mobilitasnya. Dia akan semakin banyak mengisi kursus prifat mengaji, agama Islam, dan Bahasa Arab. Selain itu juga akan mengisi ceramah dari satu tempat ke tempat lain.
Lagi pula, jelasnya, akan berbeda penghasilan antara naik motor dengan mobil. "Tentu lebih mahal naik mobil. Misalkan semula ongkos prifat satu orang Rp 500 ribu meningkat jadi Rp 1 juta," jelasnya. Dengan mengajar prifat tiga orang saja. Dalam satu bulan, akan mampu membayar cicilan.
"Da'i juga bisa seperti itu," papar Aksa. Menurutnya tidak usah takut berhutang. Tentunya, jelas Aksa, harus mampu membayarnya. Caranya adalah dengan bekerja lebih giat. Da'i menurutnya memiliki peluang riski yang berlimpah, karena dekat dengan Maha Pemberi Rizki, yaitu Allah. Hanya dengan membaca doa dan shalawat, seorang da'i bisa mendapatkan tanah wakaf. Bisa juga mendapatkan sedekah dalam jumlah besar. Erdy Nasrul