REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir melarang 61 warga Syiah Kanada memasuki negara itu dan memutuskan menahan mereka di bandara Kairo sampai penerbangan mereka selanjutnya. Begitu keterangan beberapa pejabat keamanan setempat, Ahad (5/1).
"Orang-orang Kanada itu tiba di Mesir dari Irak untuk menyelesaikan ziarah mereka di tempat-tempat suci Syiah di kawasan tersebut, namun dihadang atas perintah pihak berwenang," kata pejabat-pejabat keamanan bandara tanpa penjelasan lebih lanjut.
Warga Kanada biasanya diizinkan memasuki Mesir dengan visa yang diperoleh pada saat kedatangan. Pemerintah Mesir, negara yang berpenduduk mayoritas Sunni, telah lama dikecam karena diskriminasi terhadap komunitas kecil Syiah di negara itu.
Laporan kebebasan beragama 2012 yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, pemerintah Mesir terus mengusik orang Syiah.
Pada Juni, empat warga Syiah Mesir dipukuli hingga tewas oleh massa, hukuman mati tanpa persidangan antara lain karena amarah sektarian yang disulut oleh kelompok Salafist sekutu Presiden Muhammad Mursi, yang digulingkan oleh militer beberapa pekan kemudian.
Mesir dilanda kemelut setelah militer menggulingkan Presiden Morsi pada 3 Juli. Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.
Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Husni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.
Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Alqaidah memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.
Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.