REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Iran harus menyampaikan komitmennya pada Komunike Jenewa untuk bisa ikut dalam konferensi perdamaian mendatang mengenai krisis Suriah pada Januari, kata Gedung Putih, Senin (6/1).
Iran, sekutu utama regional bagi Pemerintah Suriah, telah menyatakan Negara Persia itu siap memainkan peran "konstruktif" dalam Konferensi Jenewa II jika diundang.
Pertemuan tersebut, yang dijadwalkan diadakan pada 22 Januari, bertujuan mengakhiri konflik tiga-tahun di Suriah.
Tujuan Konferensi Jenewa II ialah memajukan prinsip yang diletakkan dalam Komunike Jenewa, kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney dalam satu taklimat.
"Tentu saja, anda tak bisa ikut secara konstruktif, jika anda tidak menerima semua prinsip itu dan secara terbuka mengatakan penerimaannya," ia menambahkan sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa.
Sekretaris Jenderal PBB Ban K-moon pada Senin mulai mengirim undangan buat pertemuan Jenewa II. Iran tidak termasuk dalam negara babak pertama di dalam daftar tersebut, yang disepakati oleh wakil dari AS dan Rusia bersama pejabat PBB dalam pertemuan yang diselenggarakan pada 20 Desember.
Menurut Marie Harf, wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan melakukan pembahasan dengan pejabat Rusia dalam upaya memutuskan peran Iran dalam konferensi itu.
Sekalipun Iran tak menghadiri konferensi tersebut pada tingkat yang lebih rendah, Teheran harus memperlihatkan "keinginan dan kesediaan" untuk memainkan peran konstruktif dalam proses itu, kata Harf pada Senin.