REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Keberadaan masjid, harus menjadi rumah besar untuk semua umat. Terutama, untuk menangkal upaya pemurtadan yang terjadi di masyarakat.
Menurut Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jabar, Zulkarnain, masjid harus menjadi Posko terdepan ketika ada pemurtadan di masyarakat.
"Kenapa masjid harus jadi garda terdepan? Karena kencang pemurtadan gerakan kristenisasi. Maka DMI harus menjadi orang terdepan untuk menangkal pemurtadan itu," ujar Zulkarnain kepada wartawan, Selasa (7/1).
Zulkarnain mengatakan, DMI tak bisa memberikan data faktual tentang seberapa parah kasus pemurtadan yang terjadi di Jabar. Sebab, mereka gerakannya dibawah tanah jadi tak bisa diidentifikasi. Namun, mereka melakukan dakwah diluar agamanya.
Hingga saat ini, kata dia, belum ada lembaga khusus yang menangani pemurtadan. Jadi, DMI Jabar harus menjadi garda terdepan pada setiap indikasi pemurtadan tersebut.
Saat ini, aktivis masjid banyaknya hanya berdakwah untuk umat islam. Ke depan, semua aktivis harus mengintensifkan lagi dakwah mereka. "Bil lisan dan bil haq," katanya.
Saat ditanya apakah ada pola khusus yang dibuat oleh DMI untuk menangkal pemurtadan, Zulkarnain mengatakan, secara struktual DMI sudah ada sampai kecamatan dan kelurahan.
Namun, Ia akan terus melakukan pelatihan metoda dakwah, khotib dan pelatihan manajemen. Yakni, kata dia, berawal dari menginventarisir jumlah jamaah masjid. Dari mulai jamaah aktif, pasif, jamaah utama, sampai jamaah yang singgah atau musfir. Yakni, jamaah yang datang hanya pada saat shalat Jumat.
"DKM haru bisa memenej masjid denhan baik. Berapa jamaahnya? Pekerjaannya apa? Bagaimana kondisinya? DKM pun dituntut untuk bisa memiliki baitul maal," katanya.
Menurut Zulkarnain, masjid harus menjadi ujung tombak untuk menyelematkan umat. Masjid, tak hanya menjadi Posko saat ada pemurtadan. Namun, ketika ada umat lapar masjid harus menjadi tempat penyelamatan juga. Begitu juga, saat ada bencana masjid sering dipake tidur dan tempat evakuasi.
"Nggak masalah masjid dipakai Posko. Yang terpenting, masjid harus berdiri hingga akhir zaman," katanya.
Dikatakan Zulkarnain, DMI bisa menjadi ujung tombak untuk penyelamatan umat islam karena memiliki organisasi hingga ke ketingkat kecamatan sampai ranting. Masjid pun, harus menjadi tempat untuk pemberdayaan umat dari sisi ekonomi.
"Kalau di masjid ada BMT kan zakatnya bisa dikelola dan disalurkan dengan baik," Zulkarnain.
Menurut Zulkarnain, masjid di Jabar banyak yang sudah baik dalam pemberdayaan umatnya. Melalui DMI Jabar Award, potensi tersebut terus digali. Ia mencontohkan, masjid di Kabupaten Ciamis, ada yang sudah memiliki 17 sertifikat tanah.
Lahan tersebut, digunakan sebagai sawah dan lumbung padi. "Jadi, jamaah tak ada yang kelaparan, digarap oleh sawah," kata Zulkarnain.
Sementara di Kabupaten Di kuningan, kata dia, ada masjid yang memiliki kolam ikan. Setiap panen, hasil kolam ikan tersebut cukup besar. Bahkan, bisa membedah rumah jamaah yang kondisinya kumuh.
"Sejak 1992, masjid itu sudah bisa membedah rumah jamaah yang rutin ke masjid. Dana bedah rumah itu berasal dari dana Baitul mall," katanya.
Zulkarnain menilai, perhatian Pemprov Jabar sudah cukup baik terhadap DMI. Baik dukungan, maupun bantuan material. "Insya Allah didorong oleh gubernur untuk memfasilitasi kami," katanya menegaskan.