REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menanggapi pernyataan kalangan dewan yang menilai rencana pembelian empat ribu bus yang akan dilakukan Pemprov terlalu terburu-buru. Menurut gubernur yang akrab disapa Jokowi tersebut, pembelian bus secara massal harus dilakukan agar cepat menyelesaikan masalah.
"Kita ini mau menyelesaikan persoalan atau tidak. Kalau tidak ya tidak usah beli apa-apa. Coba, sudah berapa puluh tahun Kopaja kita kondisinya seperti itu," kata dia di Balai Kota, Jakarta Rabu (8/1).
Mantan Wali Kota Solo itu juga menyindir pemerintahan sebelumnya yang membeli bus dengan jumlah ala kadarnya, yaitu hanya 20 sampai 30 unit saja. Artinya, membeli bus hanya untuk mengganti yang rusak saja. Tidak melakukan peremajaan secara total.
"Kalau mau beli ya 4000 unit, baru bisa menyelesaikan masalah. Kalau mau fokus ya seperti itu, jadi anggaran tidak diecer-ecer," ujar alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut.
Sebelumnya, anggota DPRD DKI Jakarta dari Komisi B Taufiq Azhar menilai, pembelian 4000 bus, yang terdiri dari 1000 bus Transjakarta dan 3000 bus sedang, terlalu terburu-buru. Dia menilai, pembelian bus harusnya dilakukan secara bertahap. Karena harus melihat kesiapan sarana dan prasarananya.
"Bisa dibayangkan kalau empat ribu bus itu semua masuk jalur busway. Mau ditaruh di mana? Jangan sampai malah membuat tambah macet," ujar politisi dari Partai Golkar tersebut.