REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemimpin kelompok oposisi Filipina, Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), Habier Malik, dilaporkan telah meninggal karena komplikasi dari luka tembak yang dideritanya selama pengepungan Kota Zamboanga oleh pasukan pemerintah Filipina, kata seorang pejabat militer, Selasa (7/1).
Jose Cenabre, komandan Brigade ke-2 Marinir di provinsi selatan Sulu, mengatakan Malik berhasil lolos dari operasi militer di Kota Zamboanga untuk memadamkan pengepungan ratusan pejuang MNLF yang dipimpin oleh Malik pada 9 September tahun lalu.
Cenabre, kata Malik, yang dilaporkan menderita diabetes, mampu melarikan diri ke Sulu meskipun "terluka parah." Malik terakhir terlihat di kota Kalingalan Caluang. "Itu secara umum adalah daerahnya, tetapi seperti yang saya sebutkan dia begitu terluka parah dan ia tidak mendapat perhatian medis yang tepat," katanya, seperti dilansir dari Xinhua, Rabu (8/1). "Kami masih mencoba untuk memvalidasi informasi tentang kematiannya."
Sumber lain, seorang pejabat militer yang berbicara dengan syarat tak disebutkan namanya, mengatakan Malik mampu melarikan diri dari kapal pumpboat Kota Zamboanga. Sumber itu mengatakan luka-lukanya dalam pertempuran tidak tersembuhkan, menyebabkan kematiannya di tempat kelahirannya Kota Talipao.
Juru bicara MNLF Absalom Cerveza juga mengatakan pada 3 Januari Malik meninggal, sekitar tiga pekan dari luka yang dideritanya di lengan dan kaki pada tahap akhir dari pengepungan Kota Zamboanga.
MNLF, yang didirikan oleh mantan profesor universitas Nur Misuari pada awal l970-an, merupakan cikal bakal dari MILF. Penandatanganan Misuari tentang perjanjian damai dengan pemerintah pada tahun l996 mendorong para pemimpin MNLF sekarang membentuk kelompok mereka sendiri.