REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan MRT oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dimulai pada masa Gubernur Sutiyoso menjabat diharapkan bisa mengurangi kemacetan dan polusi udara.
Ketua Umum Bangkit Energi Indonesia Hijau (BENIH), Faisal Yusuf mengatakan secara keseluruhan ide pembangunan MRT sangat baik dan diharapkan mampu mengurangi sekitar 0,7 persen dari total emisi CO2. Pengurangan itu sekitar 93600 ton pertahun (Data tahun 2005).
Namun, Faisal Yusuf mengatakan ada tiga aspek yang harus diperhatikan agar pembangunan MRT menjadi fokus dan hasilnya maksimal bagi pengurangan polusi dan kemacetan.
“Pertama pemerintah harus berupaya untuk mengganti pohon-pohon yang ditebang untuk jalur MRT dengan menambah taman kota baru, karena pohon yang ditebang sudah berkontribusi banyak bagi pengurangan polusi udara dan tanah,” ujar Faisal Yusuf, Rabu (8/1/2014).
Kemudian, kata Faisal, pemerintah harus dapat menarik minat pengguna kendaraan pribadi menuju moda transportasi publik dengan menambah fasilitas kenyamanan dan keamanan. Lalu terakhir agar MRT dan moda transportasi publik menjadi terfokus tujuan dan fungsinya, yaitu mengurangi polusi dan kemacetan. Maka pembenahan regulasi terhadap kepemilikan kendaraan pribadi harus dilakukan.