REPUBLIKA.CO.ID, HESSE -- Sebuah langkah besar ditempuh Jerman. Untuk kali pertama, sekolah-sekolah negeri di Jerman memiliki pelajaran agama Islam.
Negara Bagian Hesse yang mengawalinya. Pemerintah negara bagian mengerahkan guru-guru yang telah memperoleh pelatihan dan buku teks khusus.
Kebijakan ini menempatkan Islam dalam kedudukan sejajar dengan Protestan dan Katolik. Jerman serius mengintegrasikan minoritas Muslim ke dalam masyarakat. Ini juga konsensus, Jerman harus lebih mengakui Muslim setelah beberapa dekade lamanya diabaikan.
Menteri Pendidikan Negara Bagian Hesse Nicola Beer mengatakan, semuanya sudah jelas soal perlakuan terhadap Muslim.
“Selama bertahun-tahun kita melakukan kesalahan karena mengasingkan mereka,” kata Beer seperti dilansir New York Times, Selasa (7/1).
Timur Kumlu, guru kelas satu sekolah dasar di Hesse, mengatakan, siswa Muslim berasal dari latar belakang berbeda-beda. Karena itu, mereka harus dididik agar mempunyai kepribadian baik sebagai Muslim dan juga warga Jerman.
Kumlu dan 17 guru lainnya mengacu pada buku teks berisi gambaran Islam sebagai agama damai dan toleran. Ia bersama rekan-rekannya sebelumnya harus menjalani pelatihan selama 240 jam di Universitas Giessen, Hesse.
Motivasi yang membuatnya ingin menjadi guru adalah pengabaiannya tentang Islam saat ia remaja. Saat itu, ia tak tahan dengan prasangka terhadap Islam. “Sekarang, saya ingin menghapus semua prasangka itu,” kata Kumlu.
Kumlu mengajar siswa yang merupakan generasi ketiga hingga kelima Jerman. Mereka harus memperoleh perlakuan sama dengan pemeluk agama lainnya.
Menurut dia, sudah ada 29 kelas di beberapa distrik dengan penduduk mayoritas imigran mengajarkan agama Islam.
Sebanyak 16 negara bagian di Jerman selama ini menentukan sistem pendidikan secara mandiri. Selama 20 tahun, Muslim berjuang agar ada pelajaran agama Islam di sekolah negeri. Organisasi-organisasi Islam tak lelah mendorong itu di berbagai negara bagian, termasuk Berlin.
Akhirnya, ada kebijakan yang mengizinkan siswa Muslim berhak memperoleh pelajaran agama selama 40 menit per pekan.
Yang membuat Hesse spesial, negara bagian ini mempunyai universitas yang mengajarkan mata kuliah tentang Islam.
Mereka juga memberikan pelatihan pada guru-guru yang mengajar agama Islam di sekolah negeri. Di negara bagian lainnya, Berlin, misalnya, pelajaran agama Islam sebenarnya sudah diajarkan beberapa tahun lalu.
Namun, guru-gurunya disediakan oleh organisasi Islam, seperti Islamic Federation. Organisasi ini juga membantu merumuskan kurikulum.
Fazil Altin, seorang pengacara dan presiden Islamic Federation, mengatakan, pertempuran di pengadilan harus dilalui dulu.
Hingga akhirnya, Pemerintah Berlin mengizinkan pengajaran agama Islam di sekolah negeri. Tantangan pun belum berakhir.
Organisasinya harus menanggung kecurigaan. Pemerintah khawatir apa yang diajarkan mereka adalah indoktrinasi.