REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Oposisi Suriah di pengasingan dukungan Barat menunda pengambilan keputusan terkait kehadiran kelompok itu dalam perundingan dengan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad untuk mengakhiri perang hampir tiga tahun pada pekan depan, kata anggota oposisi pada Selasa.
Koalisi Nasional menghadapi tekanan berat dari kekuatan Barat untuk menghadiri perundingan pada 22 Januari itu, yang dilihat sebagai upaya paling serius untuk menemukan penyelesaian politik bagi perang saudara Suriah.
Koalisi itu mengatakan bahwa pada prinsipnya, pihaknya siap menghadiri perundingan tersebut, tetapi mereka mengatakan perundingan itu harus diikuti dengan pengunduran diri Bashar, permintaan yang telah tegas ditolak oleh Damaskus.
Penundaan terbaru terjadi setidak-tidaknya setelah seperempat dari koalisi menyeru presiden baru mereka -Ahmad Al-Jarba- mundur, dan mengancam akan mengundurkan diri jika permintaan mereka tidak terpenuhi, menurut sumber dalam pertemuan itu.
Jarba yang didukung oleh Arab Saudi mengalahkan mantan Perdana Menteri Suriah Riyad Hijab, yang membelot hampir 18 bulan yang lalu, untuk memenangkan jabatan sebagai presiden dari koalisi.
Di tengah-tengah ketegangan tinggi dan laporan perkelahian fisik, lebih dari 30 dari 121 anggota koalisi mengancam untuk mengundurkan diri pada pertemuan tertutup di kota peristirahatan di Laut Hitam pada Selasa, dengan sekitar empat pengunduran diri yang telah resmi diterima, menurut anggota senior.
Anggota dari kelompok-kelompok seperti Dewan Militer Tertinggi, sayap militer koalisi, dan dewan-dewan lokal yang memiliki jaringan kuat di lapangan dari sebagian besar kelompok oposisi di pengasingan, menuntut keterwakilan yang lebih besar dan kembali menggelar pemilihan presiden tanpa Jarba.
Kelompok oposisi itu dibujuk untuk menunda pengajukan resmi pengunduran diri mereka oleh negara-negara anggota kelompok Sahabat Suriah, persekutuan bangsa-bangsa yang kebanyakan menentang Bashar, dalam pertemuan di Istanbul pada Selasa, menurut para anggota.
Mereka mengatakan pemilihan untuk menghadiri perundingan perdamaian di Swiss akan diadakan setelah pertemuan internasional 11 kelompok inti kuat Sahabat Suriah di Paris pada 12 Januari, hanya sepekan sebelum perundingan perdamaian itu dijadwalkan dilakukan di Montreux, Swiss.
"Pertama kami ingin mendengar dari pertemuan berikutnya dari Kelompok inti 11 di Paris untuk membuat keputusan yang tepat," kata anggota senior koalisi Anas Abdah.
"Kedua, karena masalah yang kami hadapi dengan sekitar 30 rekan-rekan kami meninggalkan pertemuan dan mengancam untuk meninggalkan koalisi, kami pikir tidak akan tepat untuk membuat sebuah keputusan penting tanpa kehadiran semua pihak."
Kepala staf Jarba, Monzer Akbik, pada hari Selasa mengatakan pemilihan umum koalisi telah adil dan transparan dan memberikan Jarba kemenangan mayoritas yang pasti.