REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karawang dipandang tempat paling ideal untuk bandara baru untuk 'menemani' Bandara Soekarno Hatta, sedangkan penerbangan komersial di Bandara Halim Perdana Kusumah hanya berlaku sementara.
"Dari hasil studi ada tujuh alternatif calon, tapi paling ideal di Karawang. Nanti akan disesuaikan satu tata ruangnya dan tentu penyesuaian agar tidak mengganggu aktivitas pertanian di sana," ungkap Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, usai peresmian penerbangan perdana maskapai Citilink di Bandara Halim, Jumat (10/1).
Bandara yang di taksir menelan biaya pembangunan hingga Rp10 triliun itu, lanjut Bambang, akan didesain sebagai bandara yang ramah lingkungan atau eco-airport atau bandara ramah lingkungan.
"Jadi memang enggak, akan lucu kalau tiba-tiba bandara baru itu mengganggu lingkungan. Jadi, misalnya, jalan akses ke bandara di atas aliran irigasi sehingga tidak mengganggu aktivitas pertanian," tutur Bambang.
Bambang menambahkan bandara baru ditargetkan sudah berdiri lima hingga enam tahun ke depan. "Kita butuh kira-kira 2-3 tahun untuk membangun secara bertahap. Dari awal desainnya public private partnership atau kerjasama pemerintah-swasta. Saya kira cukup banyak orang yang berminat," ujarnya
"Tentu saja pembangunannya akan melalui proses tender terbuka, transparan, sehingga siapa pun yang mengelola tentu terbaik untuk masyarakat," jelas Bambang.