REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak menghentikan serangan untuk merebut dua kota utama yang dikuasai Alqaida di provinsi Anbar. Pemerintah khawatir korban sipil dapat memicu kemarahan kelompok Suni dan mendorong mereka berpihak pada ekstrimis.
Kekerasan kembali berkobar di Baghdad saat seorang pembom meledakkan diri di sebuah pusat rekrutmen tentara. Peristiwa tersebut menewaskan 21 orang. Pemboman dilihat sebagai upaya mengacaukan militer.
Pejuang yang berhubungan dengan Alqaida menyerbu dua kota utama Fallujah dan Ramadi di provinsi Anbar, pekan lalu. Mereka merebut kendali dari kantor polisi dan pos-pos militer. Mereka juga membebaskan tahanan dan mendirikan pos pemeriksaan sendiri.
AS telah mengirimkan rudal dan bantuan alat militer untuk meningkatkan kemampuan pasukan Irak. Namun mereka mengklaim tak akan mengirim pasukannya kembali ke Irak. Ulah para pemberontak, membuat AS mempercepat pengiriman rudal dan drone pengintainya.
Wapres AS Joe Biden telah berbicara dengan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki dua kali dalam pekan ini. Biden menyuarakan dukungannya pada upaya pemerintah merebut kembali kota Fallujah dan Ramadi. Biden juga mendesak Maliki untuk melanjutkan pembicaraan dengan para pemimimpin nasional, masyarakat Suni lokal dan suku-suku setempat.
Tentara Irak telah terlibat bentrok dengan para pejuang di pinggiran kota. Pasukan pemerintah awalnya melakukan serangan udara terhadap para pemberontak. Tapi kemudian mereka menahan serangan besar untuk merebut kembali Fallujah dan Ramadi dari pemberontak.
Seorang pejabat intelijen senior mengatakan, alasan penundaan untuk menghindari korban sipil. Mereka juga tengah menunggu tibanya pasokan drone dan rudal dari As. "Senjata-senjata ini memiliki peran besar dalam pertempuran mendatang," kata pejabat itu.
Analis Politik Baghdad Hadi Jalo sepakat dengan pernyataan pejabat intelijen senior Irak. Jalo khawatir serangan besar dapat mengancam keselamatan warga sipil. Menurutnya jika serangan ke Fallujah menimpa anak-anak dan wanita, Maliki akan kehilangan dukungan dari Suni moderat.
"Pembunuhan korban sipil akan mendorong lebih banyak orang membalas dendam dan bergabung dengan Alqaida," ujarnya.