REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesimpangsiuran kasus penembakan polisi Briptu Nurul Afandi di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat (Jabar) siang tadi terjawab. Mabes Polri memastikan, anggota Unit Reskrimum Polsek Kelapa Nunggal Bogor itu ditembak oleh kelompok pencuri sepeda motor.
Dugaan adanya modus penembakan serupa dengan kasus-kasus pembunuhan polisi sebelumnya yang didalangi oleh kelompok teroris teruntuhkan. Hal itu, berangkat dari dugaan Polri yang menilai pelaku tak mengetahui Nurul adalah polisi. Pasalnya, petugas Reskrim tak pernah berseragam polisi ketika bertugas.
"Anggota kami Nurul ditembak pencuri sepeda motor. Siang tadi ia hendak membantu warga menangkap pencuri dia lalu tertembak di kepala dan tewas di tempat," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komjen Suhardi Alius di Jakarta Jumat (10/1).
Mantan kadiv Humas Polri ini memaparkan kronologi tewasnya Briptu Nurul. Korban saat itu tengah makan siang di warung dekat lokasi kejadian di Jl. Narogong, Cileungsi Bogor. Setelah selesai makan sekitar pukul 2 siang, ia memergoki dua orang yang diduga hendak mencuri sebuah motor.
Penjahat yang tak mengetahui Nurul adalah polisi lantas sempat terlibat duel dengan almarhum Nurul. "Tapi anggota ditembak di bagian kepala dan tewas saat bertugas," kata Suhardi.
Suhardi berujar, saat ini anggota Polres Bogor tengah melakukan pemeriksaan tempat kejadian. Selain itu pengumpulan informasi juga dilakukan untuk menjadi modal mengejar para pelaku.
Kecemasan penembakan polisi oleh kelompok teroris muncul awalnya muncul ketika kabar kematian Briptu Nurul menyebar. Pasalnya, seperti diketahui, saat ini teroris Indonesia menjadikan polisi sebagi musuh yang harus dilenyapkan.