REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Bencana puting beliung (lesus) dan hujan es melanda lereng Gunung Merapi wilayah Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Berdasar cacatan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat menyebutkan, sedikitnya 750 rumah rusak akibat bencana alam tersebut.
Kerusakan rumah paling banyak terjadi di lima desa. Kebanyakan mengalami rusak ringan. Dua rumah diantaranya roboh rata dengan tanah, satu rusak berat. Tak ada korban jiwa akibat bencana yang terjadi sejak Jum'at (10/1) sore.
Berdasar data catatan BPBD Boyolali, kerusakan paling terparah terjadi di Desa Genengsari. Disana, tersapat kerusakan mencapai 363 rumah warga. Dua diantaranya roboh, yakni milik Rebin, warga Dukuh Grogol dan rumah Paliman (almarhum), warga Dukuh Salamsari. Kebetulan pemilik rumah baru meninggal 100-an hari lalu.
Kerusakan parah juga menimpa rumah milik Bambang Harnadi, warga Dukuh Genengsari yang ambruk. Rumah bagian gandok rata setelah disapu angin lesus. Kerusakan rumah juga terjadi di Desa Kemusu 10 rusak, 146 rusak sedang dan ringan, Desa Klewor rusak sedang 12 rumah dan ringan 79 rumah, Desa Kedungmulyo 90 rumah rusak ringan, dan Desa Sarimulyo 16 rusak sedang, serta 35 rusak ringan.
Selain rumah roboh, kebanyakan rumah mengalami rusak sedang akibat tertimpa pohon tumbang. Sedang ratusan lain mengalami kerusakan, terutama bagian atap yang kabur diterpa angin kencang. Beberapa sekolahan juga mengalami rusak. Kerusakan bangunan sekolah paling parah menimpa MTs Muhammadiyah Genengsari, yang porak-poranda bagian genteng.
Hingga Sabtu (11/1) malam, aliran listrik PLN juga belum menyala di tiga desa, yakni Genengsari, Kemusu, dan Kedungmulyo. Sejak pagi warga bergotong-royong membenahi rumah mereka yang rusak. Sedangkan petugas, baik dari Koramil, Polsek, Tim SAR, BPBD Kabupaten Boyolali, ikut turun tangan memangkas pohon-pohon yang tumbang dengan gergaji mesin.
Saat puting beliung dan hujan es, membuat warga bingung. Ingin keluar rumah takut tertimpa butiran es dan dingin. Sementara, jika bertahan dalam rumah takut roboh. Kondisi saat itu, kata Jumadi, terjadi kepanikan luar biasa. Belum lagi, dalam kondisi malam semakin gelap, karena listrik padam. Yang ada hanya suara gemuruh, suara keras butiran es yang jatuh, dan atas rumah berterbangan.