Ahad 12 Jan 2014 19:59 WIB

Penahanan Anas Buka Halaman Baru

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Julkifli Marbun
  Mantan Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengenakan rompi tahanan, memberikan keterangan pers usai diperiksa selama lima jam di gedung KPK, Jakarta, Jumat (10/1).   (Republika/Wihdan Hidayat)
Mantan Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengenakan rompi tahanan, memberikan keterangan pers usai diperiksa selama lima jam di gedung KPK, Jakarta, Jumat (10/1). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penahanan Anas Urbaningrum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat lalu, dinilai belum akan mengakhiri polemik yang menyelimuti kasusnya. Pesan terima kasih Anas sebelum masuk mobil tahanan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai sebagai isyarat.

"Menurut saya (penahanan) ini bukan akhir. Tetapi menjadi awal halaman baru," kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor kepada Republika, Sabtu (11/1). Ia mengatakan, proses setelah penahanan Anas bisa jadi menyibakkan tirai untuk melihat kasus yang menjeratnya atau dugaan kaitan dengan kader Partai Demokrat lainnya.

Penahanan Anas, menurut Firman, memang bisa memberikan pengaruh terhadap citra Partai Demokrat. Meskipun, elite partai berlambang bintang mercy itu seperti sudah enggan dikaitkan dengan permasalahan yang menyeret mantan Ketua Umum-nya. Ia mengatakan, kasus Anas bisa menambah negatif citra Demokrat yang selama ini sudah dihantam berbagai kasus dugaan korupsi. "Saya kira citra Demokrat sudah sama-sama tahu," ujar dia.

Persinggungan Partai Demokrat dan Anas serta loyalisnya memang kerap terlihat. Apalagi setelah Anas mendeklarasikan Organisasi Masyarakat (Ormas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), 15 September lalu. Hari yang sama ketika sebelas peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat mendapatkan panggung untuk memperkenalkan diri kepada publik. Dalam acara deklarasi PPI itu, turut hadir beberapa politisi Partai Demokrat, seperti Gede Pasek Suardika dan Saan Mustopa.

Beberapa hari kemudian, Pasek dan Saan masuk dalam beberapa anggota dewan dari Fraksi Partai Demokrat yang terkena rotasi. Pasek dilengserkan dari jabatan Ketua Komisi III DPR RI, sedangkan Saan tidak lagi mengisi posisi Sekretaris Fraksi. Adanya rotasi kedua politisi itu diduga terkait dengan kehadirannya pada acara deklarasi PPI. Meskipun dugaan itu dibantah langsung oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf.

Gesekan PPI dan Partai Demokrat seperti makin meruncing ketika muncul penjemputan Subur Budhisantoso oleh Badan Intelijen Negara, Oktober lalu. Kemudian persinggungan paling akhir terjadi ketika juru bicara PPI melempar dugaan kehadiran Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto ke Cikeas, sehari sebelum jadwal pemeriksaan Anas. Jajaran Partai Demokrat seakan satu suara tudingan itu tidak berdasar dan meminta Anas serta orang di sekitarnya untuk tidak mengait-ngaitkan dengan Cikeas.

Firman menilai, PPI memang mempunyai nilai jual dan mendapat sorotan media. Menurut dia, jarang ada ormas yang bisa melakukan kritik langsung terhadap presiden. Apalagi kemunculan PPI baru seumur jagung. "Diistilahkan masih anak kucing. Saya kira itu membuat PPI dalam tanda kutip menarik dan seperti mendapat privilege yang tidak didapat ormas lain, apalagi masih baru," ujar dia.

Menurut Firman, PPI seperti menjadi tempat berkumpul orang yang bersimpati pada Anas. Ia mengatakan, bisa jadi orang dalam PPI ini berusaha untuk menyelamatkan Anas sebagai aset politik sosial. Ketika posisi Ketua Presidium PPI itu belum aman, menurut dia, bisa jadi masih ada langkah yang akan dilakukan ormas tersebut. "Melancarkan kritik atau mengungkap fakta-fakta," kata dia.

Dalam pendiriannya, pengurus PPI menegaskan bergerak di bidang kebudayaan. Bukan untuk terjun ke dunia politik. Sebagai partai penguasa, Partai Demokrat pun enggan dihadapkan dengan ormas. Namun politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul, pekan lalu, mengatakan, "Mereka ini, PPI, ormas. Tapi gaya cara statement semua politik."

Dari sisi PPI, Pasek yang mengisi posisi Sekretaris Jenderal mengatakan, tidak perlu ada yang khawatir dengan ormasnya. Ia mengatakan, ormas hanya organisasi suka-suka. Bahkan ia menyebut PPI hanya anak kucing. "Jadi tidak usah macan, singa, takut yah," ujar dia.

Secara politik Pasek memang masih sebagai kader Partai Demokrat. Namun sejak awal PPI muncul, Pasek sudah melibatkan diri. Ketika Anas datang ke KPK, Jumat lalu, dia datang menyusul. Kepada media, ia menegaskan posisinya. "Saya hanya teman Anas. Saya berprinsip lebih baik menemani orang susah daripada kita membuat susah orang," ujar politisi yang rencananya akan kembali pindah tempat ke Komisi IX DPR RI itu.

Mengenai kasus yang menyeret Anas, Pasek kembali mengingatkan. Ia mengatakan, sahabat-sahabat Anas beberapa bulan lalu sudah mendorong agar proses hukum segera berjalan dan masuk ke pengadilan. Ia mengatakan, pengadilan akan menjadi lapangan untuk pembuktian. Ia juga punya prinsip yang dipegang. "Kebenaran itu akan mencari jalannya sendiri dan kebenaran itu tidak bisa dihalangi oleh rekayasa apapun krn kebernaran itu berada di alamnya sendiri," ujar dia.

Sebagai politisi Partai Demokrat, Pasek hanya mencoba memberikan saran. Ia mengetahui dari hasil survei elektabilitas partai berlambang bintang mercy itu cenderung menurun. Karena itu, menurut dia, Partai Demokrat harus menguatkan konsolidasi. "Sehingga pengelola partai fokus kepada itu, bukan kepada yang lain," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement