REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Seorang juru kamera Irak dan supirnya cedera dalam ledakan bom yang dipasang di mobil mereka di kota wilayah utara, Mosul, Ahad (12/1).
Irak berulang kali dikecam karena kurangnya kebebasan media dan banyaknya kasus pembunuhan wartawan yang tidak terpecahkan. Namun, gelombang serangan terhadap jurnalis di Mosul merupakan yang paling buruk yang melanda negara itu dalam beberapa tahun ini.
Lima wartawan tewas dalam tiga bulan terakhir 2013 di Mosul, sebuah kota berpenduduk mayoritas Sunni Arab yang tetap menjadi salah satu daerah paling berbahaya di Irak dimana militan sering melancarkan serangan dan dikabarkan memeras para pedagang.
Salah al-Nazal, juru kamera stasiun televisi Al-Mosuliyah, dan supirnya cedera dalam ledakan bom tempel magnetis di mobil mereka, kata sumber-sumber kepolisian dan rumah sakit. Bom itu meledak di dalam kampus Universitas Mosul dimana Nazal sedang melakukan perekaman.
Pada 23 Desember, empat pembom bunuh diri menyerang sebuah stasiun televisi lokal di Tikrit, sebelah utara Baghdad, menewaskan lima wartawan. Korban tewas terdiri dari kepala pemberitaan televisi Salaheddin, pemeriksa naskah, produser, presenter dan manajer arsip, kata polisi.
Lima karyawan lain cedera dalam serangan tersebut. Dua dari pelaku serangan itu meledakkan diri, dan pasukan keamanan membunuh dua pembom lain ketika mereka menyerbu bangunan tersebut. Dengan kematian kelima orang itu, 12 wartawan Irak tewas dalam serangan-serangan dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.