Selasa 14 Jan 2014 16:09 WIB

AS-Rusia Serukan Gencatan Senjata di Suriah

Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Moskow dan Washington pada Senin mengeluarkan imbauan bersama kepada pemerintah Suriah dan pemberontak untuk menyetujui gencatan senjata di berbagai daerah porak poranda akibat perang menjelang perundingan perdamaian pada bulan ini.

Tetapi, dua negara itu tetap tidak mencapai kesepakatan mengenai kesertaan Iran dalam perundingan tersebut, dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan Teheran harus menyetujui rencana bagi pemerintah peralihan jika ingin ikut.

Dalam pertemuan di Paris dengan utusan PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi, Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov menyerukan gencatan senjata dimulai menjelang apa yang disebut perundingan Jenewa II yang menurut rencana akan dimulai di Montreiux pada 22 Januari.

Itu adalah desakan bersama dua negara besar itu dalam krisis Suriah, di mana AS mendukung oposisi sementara Moskow adalah sekutu lama Presiden Bashar al-Assad.

"Kami kini berbicara tentang kemungkinan usaha untuk mendorong satu gencatan senjata, mungkin satu gencatan senjata lokal dimulai dengan Aleppo (Suriah utara)," kata Kerry.

"Apa yang dapat dilakukan sebelum dimulainya konferesi itu harus dilakukan," kata Lavrov. "Kami akan berusaha mengirim sinyal-sinyal kepada semua pihak di Suriah tentang perlunya memberlakukan satu gencatan senjata lokal."

Washington dan Moskow mengharapkan dapat membangun momentum menjelang perundingan-perundingan itu, yang berusaha menghidupkan kembali usaha menyiapkan perjanjian mengenai pemerintah peralihan setelah konflik hampir tiga tahun yang menewaskan lebih dari 130.000 orang.

Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem juga akan mengunjungi Moskow Jumat menjelang perundingan-perundingan itu, kata kementerian luar negeri Rusia.

Kerry dan Lavrov mengatakan mereka juga membicarakan tentang kemungkinan pertukaran tahanan dan pembukaan koridor-koridor kemanusiaan untuk membawa bantuan kepada jutaan orang yang terkena dampak konflik itu.

Lavrov mengatakan pemerintah Bashar mengisyaratkan pihaknya siap memberi akses bagi bantuan kemanusiaan, dan menyatakan daerah pinggiran Damaskus, Ghouta Timur, di mana ribuan orang terperangkap perang itu.

"Kami mengharapkan langkah-langkah yang sama dari oposisi," kata Laprov, "Keberhasilan ditetapkan oleh satu awal yang baik".

Kedua menlu itu mengatakan mereka mengharapkan masalah tersebut dapat diselesaikan sebelum perundingan-perundingan itu, tetapi itu tidak akan menjadi prasyarat-prasyarat bagi perundingan. "Keberhasilan ditetapkan oleh satu awal yang baik," kata Kerry.

Tetapi perbedaan tetap ada mengenai peran pendukung regional utama Suriah, Teheran dengan Lavrov mengatakan adalah satu keperluan yang nampaknya mutlak" bagi keikutsertaan Iran dan Arab Saudi.

Brahimi mengatakan ia juga mendukung keterlibatan Iran. Tetapi Washington menghambat usaha-usaha untuk mengirim satu undangan kepada Teheran sampai negara itu menyetujui gagasan satu pemerintah transisi yang ditetapkan dalam perundingan-perundingan Jenewa I.

Kerry mengatakan Iran akan "disambut" jika negara itu menyetujui perjanjian Jenewa I dan menambahkan, "Saya mengundang Iran sekarang untuk bergabung dengan masyarakat internasional... dan menjadi satu mitra konstruktif bagi perdamaian."

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Teheran hanya akan ikut serta dalam perundingan itu "tanpa prasyarat".

"Kelompok ini akan menyesal atas semua usaha yang mereka lakukan untuk mencegah keikutsertaan Iran untuk mencarikan solusi dan mengakhiri krisis Suriah," katanya dalam jumpa wartawan di Beirut, Senin.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement