REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Hajriyanto Tohari mengatakan tidak perlu ada dikotomi antara calon presiden (capres) muda dan tua. Pasalnya, yang lebih penting adalah sosoknya yang bersih dan berkinerja baik.
‘’Sebenarnya tidak relevan dikotomi antara capres muda dan tua dalam Pilpres 2014,’’ ujar Hajriyanto, Selasa (14/1). Menurut dia, yang jauh lebih penting adalah tokoh yang bersih dan membersihkan.
Dikatakan Hajriyanto, masalah tua atau muda tidak ada bedanya jika kedua-duanya melakukan korupsi atau tidak bersih. Terlebih, tokoh yang bersih saja belum tentu bisa membersihkan negara ini dari korupsi. Apalagi, tokoh yang tidak bersih dari korupsi.
Menurut Hajriyanto, Indonesia membutuhkan tokoh yang bersih dan membersihkan. ‘’Tidak peduli dia tua atau muda, untuk apa tokoh muda kalau tersangkut dengan korupsi,’’ imbuh dia.
Meskipun demikian, lanjut Hajriyanto, ia menyambut positif hadirnya capres muda dalam Pilpres 2014. Namun, faktor muda ini harus didukung dengan bersihnya dari korupsi.
Hajriyanto mengungkapkan, memimpin negara Indonesia yang besar dan majemuk serta kompleks ini tidak bisa hanya mengandalkan usia muda dan berani. Negara ini membutuhkan pemimpin yang bersih dan matang. Intinya, konsep kepemimpinan dalam kebudayaan adalah bersih, teladan, dan matang.
‘’Tokoh muda belum teruji kapabilitasnya,’’ ujar Hajriyanto, yang juga Wakil Ketua MPR RI. Ia menerangkan jangan-jangan tokoh muda itu dikenal bersih karena belum berkuasa atau belum mempunyai kesempatan untuk korupsi.