REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT – Konflik di Suriah telah membuat Produk Domestik Bruto (PDB) di negara tersebut turun sebesar 45 persen. Peperangan di Suriah telah terjadi selama hampir tiga tahun. Saat ini, kekerasan memuncak dan situasi menjadi lebih kompleks.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Valerie Amos, mengatakan bahwa ia baru saja mengunjungi Damaskus untuk yang ke tujuh kali. Dalam kunjungannya tersebut, ia melihat rakyat Suriah berada dalam tekanan sehingga terpaksa mengungsi. Jumlah rakyat Suriah yang membutuhkan bantuan pun meningkat.
Dua tahun lalu, tercatat satu juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Angka tersebut melonjak menjadi 9,3 juta orang.
“Angka tersebut menyamai populasi di Chad, Swedia dan Bolivia,” ujar Amos dalam presentasinya pada Konferensi Internasional untuk Suriah di Kuwait, Rabu (15/1).
Dari 9,3 juta orang tersebut, sebanyak 6,5 juta orang menjadi pengungsi dalam negaranya sendiri. Mereka terblokade dan membutuhkan bantuan. Amos mengatakan mereka tidak mendapatkan akses pada kebutuhan dasar hidup. Catatan PBB menyebutkan sebanyak 245 ribu orang berada dalam tawanan. Mereka kelaparan dan kehilangan harapan bahwa dunia internasional akan menolong mereka.
Amos mengatakan hampir semua rakyat Suriah terdampak oleh krisis yang menyebabkan PDB merosot sebesar 45 persen. Nilai mata uang Suriah juga terdepresiasi sebesar 80 persen. Sementara itu, pasokan air berkurang sebesar 50 persen. Harga bahan pangan meroket . “Di beberapa tempat, rakyat mengantre untuk mendapatkan roti,” ujar dia.