REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar negara berkembang sering disebut sebagai mesin pertumbuhan global. Prospek global Bank Dunia terbaru menunjukkan angka pertumbuhan pasar negara berkembang kembali di atas 5-5,3 persen. Angka tersebut naik 0,5 persen dari tahun lalu.
Meski demikian, tidak semuanya berada di angka yang sama. Salah satunya Cina. Di bawah pimpinan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang, ekonomi Cina diproyeksinya akan tumbuh 7,7 persen pada tahun ini.
India juga sudah pulih dalam satu dekade ini dengan proyeksi sebesar 6 persen. Asia termasuk benua yang patut dipuji dengan pertumbuhan regional sekitar 7,2 persen. Negara lain seperti Brazil tumbuh sepertiganya dengan proyeksi 2,4 persen. Kemudian Afrika Selatan tetap stabil di 2,7 persen.
Morgan Stanley merilis resonansi dalam komunitas investasi global yang disebut fragile five. Dalam penelitian tersebut, Brazil, India, Indonesia, Afrika Selatan, dan Turki rentan dalam anggaran yang tinggi, defisit, ditambah dengan mata uang yang goyah. Bank sentral di negara-negara tersebut akan menaikkan suku bunga meski pertumbuhan rendah.
Menurut Presiden Konsultasi Strategis Eurasi Group Ian Bremmer, pasar negara berkembang tahun ini akan memberika risiko besar. The fragile five termasuk Kolombia akan menggelar pemilu tahun ini.