REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Seorang sopir taksi dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Magistrasi Adelaide karena menutupi kamera keamanan yang terpasang di kabin taksinya. Parahnya lagi, sang sopir secara tidak sopan melecehkan penumpang disabel.
Supir taksi nakal bernama Cheng Cao (54 tahun) itu diketahui menutupi kamera keamanan yang terdapat di dalam kabin taksi dengan tempelan kertas. Tak hanyaitu, secara tidak senonoh sopir jahil ini menyentuh penumpangnya seorang wanita disabel berusia 24 tahun di bagian payudaranya pada November 2012 lalu.
Korban yang menggunakan kursi roda itu tidak bisa berbicara serta menderita keterbelakangan mental. Tapi tindak kejahatan Cao ini tertangkap kamera setelah salah satu tempelan kertas yang menutupi kamera itu terlepas.
Hakim Pengadilan Magistrasi, Simon Smart menolak penjelasan Cao kalau dirinya menutupi kameranya karena ia bermaksud menampar wanita itu lantaran penumpang itu membuatnya kesal."Saya menolak pembelaan yang diungkapkan terdakwa kepada polisi karena saya rasa penjelasannya sangat tidak masuk akal,” katanya.
Smart mengatakan jika wanita itu membuat Cao kesal, maka reaksinya akan spontan tidak tertunda beberapa saat kemudian. Dia juga mengatakan sangat tidak mungkin kalau tujuan Cao meletakkan tangannya ke bawah kemeja wanita adalah untuk membersihkan ludah.
Sebelumnya identitas Cao ini sempat dirahasiakan berdasarkan UU tindakan kejahatan seksual yang dituduhkan kepadanya tetapi kemudian diungkapkan karena status hukumnya sudah resmi.Pengajuan hukuman bagi Cao akan dilakukan bulan depan.
Di luar ruang sidang ayah dari korban mengungkapkan kegembiraannya atas putusan yang dijatuhkan Pengadilan Magistrasi Adelaide."Hukum akhirnya bisa ditegakan hari ini, karena akhirnya hukum mengakui kalau kaum disabel juga memiliki suara dan mereka juga memiliki hak dan hak itu sudah ditunaikan pada hari ini,” katanya.
Ia juga menilai keputusan ini menunjukan kalau masih banyak hal yang harus dibenahi terkait perlindungan hukum bagi kaum disabel."Menurut saya banyak PR yang harus dibenahi di dalam sistem hukum agar sistem hukum kita mengenali hak kaum disable,”
Orang tua korban juga mengaku merasa bersalah kepada anaknya karena menitipkan anaknya yang disabel pada layanan taksi. Tapi mereka mengaku tidak punya pilihan.
"Kita tidak punya pilihan karena itu kita memilih mempecayakan sistem layanan yang professional dan sistem itu kemudian mengecewakan anda apapun alasanannya,” katanya.
"Kami juga tidak punya pilihan selain tetap akan menggunakan jasa taksi. Layanan taksi itu sebenarnya baik, kasus kemarin hanya dilakukan oleh seorang supir taksi jahat.”
Kasus pelecehan wanita disabel di dalam taksi ini menuai sorotan. Anggota parlemen dari Partai Politik yang memperjuangkan hak kaum disabel di Australia - Dignity for Dissability, Kelly Vincent mengatakan kasus ini menunjukan orang-orang yang rentan membutuhkan perlindungan yang lebih baik.
Vincent mengatakan kasus pelecehan ini bisa terungkap karena ada pengaduan dari masyarakat terhadap taksi tersebut yang mengetahui kalau kamera keamanan didalam kabin taksi itu ditutupi kertas.
"Ini kemenangan yang jarang terjadi. Masih banyak kasus pelecehan serupa di masyarakat yang bahkan tidak sampai ke pengadilan,” katanya.
Oleh karena itu Kelly Vincent mengatakan masyarakat ikut bertanggung jawab untuk memperjuangkan nasib orang-orang yang rentan dan membelanya jika terjadi tindakan yang salah terhadap kaum disabel.
Kelly Vincent juga menegaskan kalau partai politiknya akan terus memperjuangkan sistem keadilan yang lebih melindungi kalangan disabel.