Sabtu 18 Jan 2014 01:14 WIB

Sepi, Tinggal 20 Persen Kios Kerajinan yang Buka di XT Square

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
 Pengunjung mengamati aneka hasil kerajinan yang dijual dalam pameran kerajinan Inacraft 2013 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (24/4).(Republika/Aditya Pradana Putra)
Pengunjung mengamati aneka hasil kerajinan yang dijual dalam pameran kerajinan Inacraft 2013 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (24/4).(Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Meski sudah dibuka sejak akhir 2012, namun minat kunjungan wisatawan ke pusat kerajinan Yogyakarta XT-Square nampaknya belum meningkat signifikan. Akibatnya, ratusan kios kerajinan yang berada di kompleks XT tersebut memilih tutup.

"Hingga saat ini hanya sekitar 10-20 persen saja yang buka, karena sepi," ujar salah satu pemilik kios kerajinan di Zona C1 XT-Square, Tri Harso Wibowo, Jumat (17/1).

Menurutnya, di Zona C1 XT-Square tersebut ada 260 kios kerajinan yang melibatkan sedikitnya 300 pengrajin di Kota Yogyakarta. Pasal awal pembukaan XT, ada sekitar 40-50 persen kios yang buka. Namun karena pengunjung yang sepi, satu persatu pengrajin memilih menutup kiosnya.

Meskipun pihak manajemen telah menyelenggarakan beberapa event pada libur natal dan tahun baru kemarin, namun peningkatan kunjungan wisatawan tidak dirasakan oleh para pengrajin. Mereka tetap memilih tutup, dari pada buka namun tidak laku.

"Memang ada pengunjung tapi sebagian besar masyarakat lokal, untuk kuliner mungkin laku tetapi untuk kerajinan yang kita butuhkan wisatawan," ujarnya.

Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti beberapa hari lalu juga sudah berkunjung ke XT-Square dan melakukan dialog dengan pengrajin. Namun menurutnya, hingga saat ini kunjungan wisatawan ke pusat kerajinan di eks Terminal Umbulharjo tersebut masih sepi. Para pengrajin memilih menutup kios karena, untuk mengurangi ongkos operasional.

"Tahun baru kemarin, temen-temen di Pasar Beringharjo dan Malioboro panen, tetapi kami tetap saja sepi," katanya.

Pihaknya hanya menunggu adanya mukjizat, agar pusat kerajinan baru di Yogyakarta tersebut ramai. Selain Zona C1 sebagai kios kerajinan, XT-Square juga memiliki beberapa bangunan lain, seperti gedung pertunjunkan, pusat kuliner, oleh-oleh, dan kerajinan serta batik kelas menengah atas. Namun untuk zona lainnya belum juga dibuka karena sepinya pengunjung.

Terpisah Direktur Pemasaran PT Jodjatama Visesha, selalu pengelola XT-Square, Widihasto Wasono Putro mengatakan, ramainya wisatawan ke XT-Square tersebut bukan hanya tergantung pihak manajemen sendiri.

Namun menurut dia, juga dibutuhkan konsistensi dari para pedagang untuk tetap membuka kiosnya baik kondisi ramai maupun sepi. "Tanpa konsistensi buka, bagaimana kita mau jadi tujuan wisatawan," ujarnya.

Menurut dia, pada libur natal dan tahun baru kemarin, jumlah kunjungan ke XT-Square dalam sehari mencapai 1.500 hingga 1.800 orang dalam sehari. Bahkan pada liburan tersebut ada rombongan Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) Bali yang berkunjung.

"Namun kios-kios yang ada justru tutup, mereka komplain ke kami tetapi bagaimana lagi. Karenanya kami meminta kerjasama pedagang dan pengrajin untuk tetap konsisten buka," katanya.

Menurutnya, sebagai wahana wisata baru berupa pasar yaitu pusat kerajinan, konsistensi buka para pedagang tersebut sangat dibutuhkan. Sebab, konsistensi buka inilah yang nanti akan menarik wisawatan untuk datang ke pasar tersebut.

Widihasto bahkan meminta, bagi pedagang atau pengrajin yang sudah keberatan untuk tetap buka diharapkan mengundurkan diri saja.

Pihaknya akan mengganti kepemilikan kios tersebut dengan pengrajin atau pedagang baru. Bahkan pihaknya kata dia, berencana akan menggunakan 50 kios di Zona Kerajinan di C1 tersebut untuk kios oleh-oleh khas Yogya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement