REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga di sekitar Gunung Sinabung, Sumatera Utara masih harus mengisi tempat pengungsian akibat bencana erupsi. Aksi Cepat Tanggap (ACT) menilai perlunya tempat pengungsian yang lebih baik untuk para pengungsi.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, sudah ada sekitar 27 ribu pengungsi hingga Sabtu (18/1). Para pengungsi tersebar di 40 titik tempat pengungsian.
Komandan Rescue ACT Andhika Purbo Swasono mengkhawatirkan masalah susulan jika warga terus berada di tempat pengungsian dengan kondisi saat ini. "Ini di Sinabung kan sudah berlangsung panjang, empat bulan lebih," kata dia, di Cikini, Jakarta, Sabtu.
Andhika mengatakan, selama ini warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung masih banyak yang menempati jambur-jambur. Ia mengatakan, menumpuknya jumlah pengungsi bisa menimbulkan masalah baru. Apalagi, ia mencontohkan, tempat pengungsian yang masih beralaskan tikar dengan kondisi suhu yang dingin.
"(Bisa timbul masalah) penyakit misalnya," kata dia.
Menurut Andhika, warga pengungsi membutuhkan shelter yang lebih baik. Ia mengatakan, ACT akan melakukan koordinasi dengan stakeholders setempat untuk pembangunan tempat pengungsian itu. Ia berharap pembangunan bisa cepat terlaksana. Karena, ia mengatakan, tenda tempat pengungsian biasanya tidak digunakan lebih dari satu bulan. Sehingga para pengungsi bisa tinggal lebih nyaman.
"Kita tidak tahu sampai kapan bencana di sana," ujar dia.
Untuk bantuan logistik, menurut Andhika, masih cukup memadai. Ia mengatakan, stakeholders setempat sudah berusaha untuk mencukupi kebutuhan para pengungsi. Namun, ia mengatakan, masih ada sarana dan prasarana yang perlu mendapat perhatian. Seperti MCK dan persediaan air bersih.
"Itu masih sangat dibutuhkan," kata dia.