REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Ban Ki-moon memuji keputusan pihak oposisi Suriah untuk bergabung dalam konferensi perdamaian internasional pekan ini. Konferensi itu digelar sebagai upaya untuk meningkatkan upaya menghentikan perang Suriah.
"Ini adalah langkah yang berani dan bersejarah dalam hal perundingan menuju penyelesaian politis menyangkut konflik tiga tahun yang telah menyebabkan begitu banyak penderitaan dan kerusakan," kata Ban dalam sebuah pernyataan di New York, Ahad (19/1).
"Saya menunggu pembentukan delegasi oposisi yang dipercepat, yang secara luas mewakili keragaman oposisi Suriah, termasuk kaum perempuan," tambah pemimpin PBB itu.
Ban merupakan penyelenggara konferensi yang akan dimulai di kota Montreux di Swiss pada hari Rabu (22/1). Koalisi Nasional Suriah pada Sabtu (18/1), melalui pemungutan suara, memutuskan untuk menghadiri konferensi.
Keputusan tersebut memunculkan kemungkinan bahwa wakil-wakil mereka akan melakukan pembicaraan dengan pemerintah Presiden Bashar al Assad untuk pertama kalinya.
Ban, yang menyambut baik hasil pemungutan suara itu, menyorot bahwa tujuan konferensi adalah "untuk mencapai perjanjian antara pihak-pihak Suriah menyangkut penerapan penuh Kesepakatan Jenewa yang dicapai pada 30 Juni 2012.
Kekuatan-kekuatan utama serta negara-negara kunci di Timur Tengah telah bertemu di Jenewa pada bulan Juni 2012 untuk menyepakati pernyataan yang menyebutkan bahwa perlu adanya pemerintahan peralihan di Suriah dengan kekuatan eksekutif penuh.