REPUBLIKA.CO.ID, Malang nian nasib Muhammad Ilham Bin Adang Ido. Di usianya yang masih balita dan membutuhan kasih sayang, bocah yang lahir pada 14 November 2012 ini terpaksa kehilangan kedua orangtuanya yang merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.
Sang ibu, Kartika binti Mojo (35), asal Ambulu, Jember, Jawa Timur, meninggal dalam penantian untuk diangkut ke Tarhil (Pusat Detensi Imigrasi) Shumaisy, agar bisa pulang ke Indonesia. Ajalnya menjemput sebelum impiannya untuk pulang kampung terwujud. Ia menderita penyakit menahun.
Sedangkan suaminya, Adang Ido Idrus, telah lebih dulu pulang ke Tanah Air dengan meninggalkan anaK-istrinya di Jeddah. Belum diketahui alasan mengapa ia tega meninggalkan anak dan istrinya yang sedang menderita penyakit berat itu. Adang pun belum diketahui alamat kampung halamannya.
Alhasil, nasib anaknya kini terkatung-katung. Suatu pagi, seorang pria bernama Bituri -- yang mengaku kawan Adang -- mendatangi Konsulat Jenderal Republik Indonedia (KJRI) Jeddah, melaporkan peristiwa naas yang menimpa bocah itu. Atas laporannya itu, KJRI merilis kasus ini ke media.
Bituri menceritakan, Kartika -- ibu sang bocah -- menetap di Arab Saudi sejak 16 tahun. Selama itu, ia belum pernah pulang ke Tanah Air.
Mungkin karena penyakit yang dideritanya, Kartika akhirnya memutuskan pulang kampung. Karena keberadaannya di Arab Saudi berstatus tenaga kerja ilegal, ia terpaksa pulang melalui Tarhil.
Sambil menunggu pengangkutan ke Tarhil, Kartika menumpang di rumah kontrakan Bituri, di kawasan Kandarah,Jeddah. Namun, suatu hari sepulangnya dari kerja, Bituri menemukan ibu bocah itu sudah tak bernyawa.
Ia segera menghubungi majikannya. Sang majikan kemudian menghubungi kepolisian. Mendapat laporan tersebut, polisi segera memaggil ambulans untuk membawa janazah ke rumah sakit. Dari pemeriksaan dokter, diketahui bahwa ibu bocah itu meninggal akibat penyakit kronis yang dideritanya.
KJRI akhirnya mengambil alih anaknya dan menitipkannya di Shelter KJRI Jeddah. Ia dirawat dan diasuh oleh sejumlah TKW yang ditampung menunggu proses penyelesaian kasus dengan majikan mereka.
Selama tujuh hari bocah itu menghuni shelter KJRI Jeddah. “Rewel, pak. Sering menangis. Mungkin nyari ibunya,” tutur seorang TKW yang kebetulan dipercaya merawat anak itu ke petugas KJRI yang tengah mengurus dokumen exitnya.
Maklum saja, bocah kecil yang biasa dibuai, dimanja, ditimang-timang, diayun-ayun sambil diusap-usap dahinya saat hendak tidur, tiba-tiba kehilangan semua bentuk kasih sayang itu. Buaian dan curahan hati sang bunda tak lagi hadir untuknya.
Tidak mudah melacak keberadaan anggota keluarga dari ibu bocah ini di Indonesia. Bisa jadi karena informasi yang disampaikan sang pelapor sangat terbatas.
Satu-satunya petunjuk yang bisa diandalkan kala itu adalah sebuah telepon genggam peninggalan almarhumah. Semua nomor yang berawalan +62xxx dicobanya oleh petugas KJRI.
Hingga akhirnya terdengar suara laki-laki menyahut panggilan telepon. Ia memperkenalkan diri dengan nama Viki Rizky Afandi. Belakangan diketahui pemuda berusia 20 tahun itu adalah salah satu anak dari almarhumah dari suaminya yang pertama.
Setelah pengurusan dokumen bocah itu tuntas, seorang staf KJRI ditugaskan mengantar anak itu pulang ke Tanah Air. Sepanjang perjalanan pulang, si bicah ngedot jus yang dituang ke dalam botol susu.
“Beberapa kali ia meronta, nangis, lebih-lebih saat bangun tidur. Alhamdulillah pramugari dan beberapa kru kabin ikut membantu menghiburnya agar bisa reda,” tutur petugas itu. “Dia dikasih beberapa mainan, sepeti mainan bebek,” imbuhnya.
Sepanjang perjalanan, sang bocah terus melekat di pangkuan petugas itu. “Kalau mau ke toilet saya titipkan ke seorang TKW yang kebetulan pulang satu pesawat dan duduk tak jauh dari tempat duduk saya,” tuturnya.
Sebelum terbang, KJRI telah membuat janji dengan Viki untuk bertemu di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Setibanya di bandara, Muhammad Ilham bin Adang Ido akhirnya diserahkan kepada kakak tirinya itu disaksikan oleh pejabat dari Kemenlu RI.
Kisah pemulangan bocah ini sempat mencuri perhatian media lokal. Ceritanya hadir di halaman depan Harian Arab News edisi Sabtu dua pekan lalu.
Di manakah sang ayah kini? Belum ketahuan rimbanya. KJRI Jeddah berharap, ada pembaca yang bisa memberikan petunjuk ke alamat Adang Ido di Indonesia