REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat akan terkena dampak jika cuaca ekstrem terus berlangsung di Bumi Parahyangan.
Deputi VII Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Henry Bastaman menjelaskan, hampir semua masalah lingkungan hidup ada di Jabar. Kondisi ini, diperparah dengan jumlah penduduknya yang banyak dan intensitas kegiatan industrinya tinggi.
''Ekosistemnya cukup sensitif, jadi kalau ada cuaca ekstrem kerawanan bencana longsor dan banjir tinggi,'' ujar Henry di Acara Sawala dan Rembug Lingkungan Hidup Jabar 2014, Selasa (20/1).
Kondisi tersebut, kata dia, bertambah berat dengan terjadinya fenomena permukaan laut tinggi, jadi tekanannya dari laut debit tinggi. Di sisi lain, hutan di Jabar berkurang 11 persen. Ini, akan semakin membebani masalah lingkungan Jabar.
''Ekstrem moderat Jabar akan rawan dan menimbulkan dampak pada manusia,'' katanya.
Dari sisi kebijakan, menurut Henry, Ia berupaya agar bisa mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangun antarprovinsi. Yakni, DKI Jakarta, Jabar, dan Banten agar melihat masalah lingkungan tidak terkotak-kotak administrasinya. ''Penyelesaian harus lintas wilayah administrasi, agar ekosistem bisa diselesaikan,'' katanya.
Untuk program 2014 Kementerian Lingkungan Hidup, kata dia, program terakhir adalah memastikan berbagai program yang digagas selama lima tahun bisa terpenuhi. Diantaranya, kajian lingkungan hidup, limbah B3, ekonomi lingkungan dan lain-lain. Agar pada 2015, prinsip-prinsip tersebut sudah bisa diterapkan.