REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengerahkan sejumlah psikolog di lokasi-lokasi pengungsian untuk menghilangkan rasa jenuh serta trauma yang dialami oleh para korban banjir di ibu kota.
"Sudah satu minggu para korban banjir tinggal di pengungsian. Tak heran, rasa bosan pun pasti mulai datang. Trauma psikis juga pasti dirasakan oleh warga yang rumahnya terendam banjir," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emmawati di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (21/1).
Oleh sebab itu, menurut Dien, dengan dikerahkannya psikolog di tempat-tempat pengungsian diharapkan dapat memberikan semacam hiburan, edukasi dan kekuatan bagi korban banjir, terlebih anak-anak.
"Kami bekerja sama dengan beberapa psikolog yang ada di Jakarta untuk turut membantu para korban banjir, terutama dari segi psikis, dengan cara-cara yang interaktif," ujar Dien.
Dia menuturkan sejumlah psikolog itu ditempatkan di lokasi-lokasi yang menampung pengungsi dalam jumlah banyak, misalnya kantor-kantor suku dinas, Gelanggang Olah Raga (GOR) serta kampus.
Selain itu, ia menambahkan, psikolog juga ditempatkan di tempat pengungsian yang terletak di kawasan Kelapa Gading, Pengadegan, Bukit Duri, Manggarai, Kebon Baru dan Rawajati.
"Keberadaan psikolog sangat dibutuhkan oleh korban banjir yang sudah banyak kehilangan harta benda. Para korban pasti mengalami trauma, apalagi anak-anak. Makanya, para psikolog itu akan berinteraksi dengan para korban, menghilangkan rasa cemas dan menumbuhkan rasa optimis dalam diri korban banjir," tutur Dien.
Selain mengerahkan psikolog, Dinas Kesehatan DKI juga memberikan penyuluhan kepada para korban banjir yang ada di pengungsian mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
"Penyuluhan itu berupa kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempat yang telah disediakan dan lain-lain. Tujuannya, yaitu memberikan pemahaman sekaligus mendorong agar warga mau menjalani hidup yang bersih dan sehat," kata Dien mengungkapkan.
Dia menambahkan penyuluhan semacam itu juga diberikan agar selama tinggal di lokasi-lokasi pengungsian, tidak ada warga yang terserang penyakit, baik ringan maupun berat.