Rabu 22 Jan 2014 07:15 WIB

Darah Bersimbah di Pantai Saat Puluhan Lumba-Lumba Dibantai

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Joko Sadewo
  Nelayan Jepang berburu lumba-lumba di Taiji, Selasa (21/1).
Foto: AP/Sea Shepherd Conservation Society
Nelayan Jepang berburu lumba-lumba di Taiji, Selasa (21/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIJI -- Nelayan Jepang yang mengumpulkan sekitar 30 lumba-lumba ke peraian dangkal dan membantainya, menyembunyikan hasil buruan mereka di balik terpal. Sementara protes atas perburuan tahunan ini makin memuncak.

Setiap tahun, nelayan Taiji, Prefektur Wakayama Prefecture, berburu lumba-lumba, mengumpulkannya di sebuah pantai sepi dan menyeleksinya. Sebagian lumba-lumba dijual ke pemilik akuarium untuk pertunjukkan dan sisanya dibunuh untuk dikonsumsi.

Selasa (21/1), Reuters melaporkan setidaknya sudah lebih dari 200 lumba-lumba dikumpulkan di Taiji sejak Jumat pekan lalu. Sebelum pembantaian di mulai, nelayan menutupi kumpulan lumba-lumba dengan terpal agar tak diketahui orang luar. Meski demikian, darah tetap bersimbah di sepanjang pantai.

''Lumba-lumba yang akan dikonsumsi ditikam kepalanya menggunakan batangan logam di kepala lumba-lumba lalu ditinggalkan hingga mati. Lumba-lumba yang masih hidup dilepaskan ke laut,'' kata aktivis Sea Shepherd Conservation Society Melissa Sehgal.

Jepang mempertahankan penangkapan lumba-lumba sebagai tradisi karena tak ada hukum internasional yang melarang mengingat lumba-lumba belum kritis jumlahnya.

Kyodo Newa mengutip perkataan Gubernur Prefektur Wakayama Yoshinobu Nisaka, ''Tradisi makanan bervariasi dan ini kearifan lokal yang harus dihormati.'' Nelayan Taiji sendiri menolak berkomentar kepada media.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement