REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengundang Indonesia untuk menghadiri Konferensi Jenewa II yang akan membahas penyelesaian konflik di Suriah.
"Indonesia, India, Jepang dan Cina mewakili Asia yang diundang PBB ke Jenewa untuk mencari solusi masalah Syria," kata Seskab Dipo Alam melalui akun twitter dipoalam49 yang diunggah Selasa (21/1) malam seperti dilansir setkab.go.id.
Pertemuan di Jenewa yang disebut sebagai Konferensi Jenewa II itu akan mempertemukan pemerintahan Presiden Bashar al Assad dengan kubu oposisi yang tergabung dalam Koalisi Nasional Suriah (Syria National Coalition/SNC).
PBB juga mengundang sejumlah negara lain dalam pertemuan di Montreux dan Jenewa, Swiss tersebut. Namun undangan untuk Iran yang semula dilayangkan oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon telah dibatalkan menyusul keberatan oposisi Suriah yang didukung oleh sejumlah negara.
Dipo memperkirakan, undangan itu mungkin karena kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai dikenal dan efektif.
"Presiden pernah berpendapat soal Syriah, Indonesia bukan negara superpower, bukan pula negara Timur Tengah yang punya pengaruh, tapi presiden menghargai kepedulian rakyat, dan beliau akan berjuang dengan memberikan jalan tengah kepada Amerika Serikat dan sekutunya serta Suriah," lanjut Dipo.
Dugaan lain, katanya, karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. "Indonesia dalam waktu relatif singkat bisa hidupkan demokrasi dengan baik dan ekonominya bangkit. Sementara negara-negara "Arab Springs" belum berhasil," tulis Dipo.
Dipo menjelaskan, negara adidaya seperti AS, Cina, negara-negara Uni Eropa serta PBB mulai mengakui peran internasional Indonesia yang dikemukakan dalam beberapa forum. Indonesia pun, katanya, siap mengirimkan pasukan perdamaian ke Suriah jika PBB memintanya.