Kamis 23 Jan 2014 10:16 WIB

Menangkal Panah-Panah Setan (1)

 Ribuan umat Muslim berdoa bersama/ilustrasi (Republika/Agung Supriyanto)
Ribuan umat Muslim berdoa bersama/ilustrasi (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, Apa yang akan dilakukan ketika kita akan pergi ke medan perang? Tentu, kita akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, termasuk mempersiapkan fisik, mental, persenjataan, penguasaan medan, plus strategi jitu untuk memenangkan peperangan. Sangat konyol maju ke medan perang tanpa memiliki persiapan apa pun.

Sesungguhnya, hidup dapat dianalogikan sebagai medan perang. Prinsip yang berlaku di sini adalah menang atau kalah, menjadi pemenang atau pecundang. Hadiah yang disediakan pun sangat fantastis. Surga yang abadi bagi pemenang, dan neraka yang kekal bagi pecundang. Namun berperang dengan siapa? Tentu saja berperang dengan setan.

Dialah musuh terbesar dan paling nyata bagi manusia. Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah [2]: 208).

Berperang melawan setan, tentunya tidak sama dengan berperang melawan manusia. Setan itu lebih canggih tipu dayanya, lebih profesional pekerjaannya, lebih banyak jumlahnya, serta tidak tampak wujudnya. Tanpa kesungguhan untuk menghadapinya, kita akan menjadi bulan-bulanan mereka.

Bagaimana tidak, di mana pun dan kapan pun, setan bebas menembakkan panah-panah beracun kepada kita, tanpa kita menyadarinya. Setan akan membidikkan panah asmara ke dalam hati dua orang yang bukan muhrim untuk berzina. Setan akan membidikkan panah ke mata manusia, sehingga ia merasa nikmat melihat hal-hal yang diharamkan. Membidikkan panah ke lidah manusia, sehingga ia bergibah, memfitnah, namimah, serta berdusta. 

sumber : KH Abdullah Gymnastiar
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement