REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Golkar, Chairun Nisa, membenarkan telah berkomunikasi dengan Akil Mochtar. Komunikasi itu dilakukan saat Chairun Nisa membantu Bupati Gunung Mas, Hambit Bintih, terkait pengurusan sengketa Pemilukada di Mahkamah Konstitusi (MK).
Sekitar September 2013, Chairun Nisa beberapa kali mengirim pesan singkat kepada Akil yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua MK. Ia mengirim SMS itu setelah Hambit meminta bantuannya untuk dipertemukan dengan Akil. "Mengatakan teman saya minta dibantu, Bupati Gunung Mas yang menang di Pilkada," katanya, saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (23/1).
Di antara beberapa pesan singkat itu, menurut Chairun Nisa, salah satunya membicarakan tentang permintaan Akil. Dalam pesan singkat (SMS), Akil meminta 'emas'. "Intinya adalah sampaikan ke bupati itu suruh bawa tiga ton emas," ujar anggota DPR ini.
Ketika membaca isi pesan Akil, Chairun Nisa mengira tengah bercanda. Sehingga, ia pun mengaku membalasnya dengan candaan. "Saya katakan nanti saya bawakan truk untuk membawa emas itu," ujarnya. Pada akhirnya, Chairun Nisa mengaku mengerti apa yang dimaksud oleh Akil. Setelah membaca pesan berikutnya, emas yang dimaksud adalah uang. "Saya baru sadar yang dimaksud tiga ton itu Rp 3 miliar."
Menurut Chairun Nisa, Akil meminta disediakan Rp 3 miliar. Namun dalam pesan itu, ia mengatakan, Akil tidak menyebut dana itu untuk apa. Namun, sesuai arahan Akil, Chairun Nisa kemudian menyampaikan isi pesan itu kepada Hambit. Ia bertemu dengan Hambit pada 26 September 2013. "Saya sampaikan SMS Pak Akil supaya dibaca Pak Hambit," ujar dia.
Chairun Nisa mengatakan, dalam pertemuan itu selain Himbit, hadir juga Cornelis Nalau Antun. Suami Chairun Nisa pun ikut hadir dalam pertemuan itu. Menurut dia, Hambit sempat meminta agar dana yang diminta lebih kecil. "Hambit katakan apa tidak bisa kurang," katanya.