Kamis 23 Jan 2014 18:27 WIB

Ini Ringkasan Cuaca Ekstrem di Berbagai Belahan Dunia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dewi Mardiani
  Kemacetan arus lalu lintas yang terjadi akibat badai salju di Philadelphia, Selasa (21/1) waktu setempat.    (AP/Matt Rourke)
Kemacetan arus lalu lintas yang terjadi akibat badai salju di Philadelphia, Selasa (21/1) waktu setempat. (AP/Matt Rourke)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca ekstrem tampaknya sedang menjadi sorotan utama di berbagai belahan dunia. Benua Amerika, Eropa, Asia, bahkan Australia mengalami serangkaian fenomena cuaca yang lebih ekstrem dari biasanya.

ROLers, berikut sekilas tentang kejadian-kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah negara di dunia, dilansir dari the Guardian dan BBC, Kamis (23/1).

1. Pusaran kutub di Amerika

Pada pekan pertama Januari 2014, empat orang tewas di Amerika Serikat (AS) akibat cuaca ekstrem yang disebut 'pusaran kutub'. Suhunya terdingin dalam dua dekade terakhir. Bahkan New York dalam keadaan darurat. Di Minnesota, suhu terdinginnya -38,3'C, lebih dingin dari Planet Mars (-36'C).

Di Chicago, penerbangan dibatalkan karena stok avtur membeku. Empat orang pria di Chicago dilaporkan meninggal. Pennsylvania mengalami pendinginan suhu hingga -26'C. Ini merupakan suhu terdingin dalam 20 tahun terakhir. Di Pittsburgh, suhu setempat pernah jatuh ke -23'C karena angin dingin.

2. Gelombang panas di Australia

Tahun 2013-2014 merupakan tahun terpanas di Australia. Badan Meteorologi Australia mencatat bahwa Australia Selatan, Australia Barat, dan Northern Terrytory memecahkan rekor suhu rata-rata tahunan mereka.

Pada 7 Januari 2014, suhu rata-rata adalah 40,3'C. Suhu tertinggi dialami oleh wilayah Moomba, Australia Selatan, mencapai 49,6'C dan merupakan tertinggi sejak 1998. Bahkan, pada 31 Agustus 2013, Australia seharusnya memasuki musim dingin, namun suhu setempat tercatat 29,9'C.

3. Longsoran salju di Eropa

Bongkahan salju di Pegunungan Alpen longsor dan menyebabkan lima orang tewas. Tujuh pemain ski dilaporkan tersapu longsoran salju ketika bermain di resor Val-Thorens, Courchevel, La Clusaz dan Serre-Chevalier. Otoritas Ski di Alpen memperingatkan pemain ski untuk bermain hanya di lereng landai. Hal sama terjadi di Swiss, La Plagne-Prancis, dan Courchevel.

Banjir telah menghancurkan Italia diakhir tahun dan mengancam produksi pangan tahun ini. Kepala Badan Meteorologi Italia, Mario Giuliacci, mengatakan Italia kini semakin terbiasa dengan bencana banjir. Di Eropa Tengah, 21 orang tewas akibat luapan Sungai Danube, Elbe, dan Vitava. Ini menyebabkan kerusakan meluas di Republik Ceko, Austria, Slovakia, dan Hongaria. Bendungan Elbe pecah dan menyebabkan delapan ribu orang harus dievakuasi.

4. Banjir dan topan di Asia

Masih ingat 10 ribu orang diperkirakan tewas dalam bencana topan haiyan di Filipina? Itu salah satu badai terkuat yang pernah menghancurkan daratan Filipina. Sekitar 80 persen bangunan yang berada di Provinsi Leyte hancur.

Lebih dari 5.700 orang diperkirakan meninggal akibat terseret banjir pertengahan tahun lalu di India Utara.

Banjir dan longsor di Vietnam telah menewaskan 28 orang, sembilan hilang dan 80 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Banjir tentu saja menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat empat ribu orang mengungsi akibat banjir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement