Jumat 24 Jan 2014 12:57 WIB

SBY Soroti Fenomena 'Blusukan'

Rep: Esthi Maharani/ Red: Nidia Zuraya
Jokowi saat blusukan di Cengkareng, Jakarta saat Idul Fitri, Kamis (8/8)
Foto: Republika/Ratna Ajeng
Jokowi saat blusukan di Cengkareng, Jakarta saat Idul Fitri, Kamis (8/8)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun belakangan, istilah 'blusukan' menjadi populer. Istilah ini seringkali identik dan merujuk pada kegiatan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun punya pandangan tentang blusukan.

Ia menilai, 'blusukan' pun harus punya tujuan dan sasaran. Bukan sekadar kegiatan ingin tahu masalah riil di lapangan.  Tetapi 'blusukan' harus dibarengi dengan penetapan kebijakan dan program yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah solusi setiap persoalan.

"Blusukan harus punya tujuan dan sasaran. Blusukan is not for the sake of blusukan. Apalagi hanya untuk pencitraan semata," tulis SBY di halaman 628 bukunya 'Selalu Ada Pilihan'.

Ia memahami, sebagai pucuk pimpinan baru, mengetahui kondisi di lapangan sangatlah penting. Dengan memahami persoalan yang dihadapi masyarakat, harapannya program-progran yang dijalankan akan tepat. Begitu pula dengan solusinya.

Presiden SBY pun mengaku diawal-awal kepemimpinannya, sering blusukan ke daerah-daerah. Hal itu dilakukan untuk memahami kondisi di lapangan. Dari hasil blusukan itulah-dalam arti kegiatan dialog dan meminta masukan, serta peninjauan dan pengamatan di lapangan-bisa menetapkan kebijakan dan program yang diperlukan. Juga solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah.

'Blusukan' pun bisa juga diartikan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan dilaksanakan dengan baik. Tugas-tugas yang mesti dijalankan oleh jajaran pemerintah. Jika dalam peninjauan ditemukan sejumlah masalah dan kekurangan, maka dari hasil blusukan itulah dilakukan koreksi dan perbaikan.

Dalam teori kepemimpinan dan manajemen, seorang pemimpin dinyatakan keliru jika hanya duduk di belakang meja. Tetapi, sama salahnya jika seorang pemimpin tidak peduli pada pembuatan kebijakan, rencana, dan progran, dan memilih untuk lebih baik jalan dan keliling-keliling wilayahnya.

"Kalau ini terjadi, hampir pasti pada akhirnya tugas-tugas pokok tidak akan dapat dijalankan secara optimal. Kalau alasannya mengapa selalu keliling dan blusukan itu untuk tujuan pengawasan, apa yang mau diawasi. Kalau tujuannya mau melakukan koreksi dan perbaikan, apanya yang harus dikoreksi dan diperbaiki," paparnya.

Ia pun menegaskan sejak jadi presiden di 2004 hingga sekarang, ia akan tetap melakukan kegiatan 'blusukan' dengan catatan. "Blusukan yang diatur secara pantas. Blusukan dengan tujuan dan sasaran yang pasti. Serta blusukan tanpa meninggalkan tugas dan kewajiban saya yang lain," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement