REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) kehilangan salah satu tokoh ulamanya Kiai Sahal Mahfudz, Jumat (24/1) dini hari. Kiai Sahal dipandang sebagai tokoh panutan dalam kesantunan dan keteguh pendirian.
Wakil Sekjen MUI Welya Savitri mengatakan Kiai Sahal tidak bisa diimingi apapun jika telah menentukan sikap. Jika terjadi pro kontra di internal MUI, Kiai Sahal mampu menengahi dan memutuskan dengan cara yang santun.
Sejak berkiprah di MUI pada 2000, Kiai Sahal terpilih secara aklamasi menjadi pempimpin MUI hingga tiga periode. "Beliau tak pernah membedakan yang muda, tua, atau perempuan. Yang penting bisa bermanfaat untuk umat," kata Welya.
Kiau Sahal juga memberi kesempatan pada perempuan untuk memimpin bidang atau kepanitian yang boleh dipimpin perempuan. Kesantunan dan sikap moderatnya membuat semua ormas bisa bersatu di MUI.
Malam ini MUI akan menggelar tahlilan di Kantor Pusat MUI Jalan Proklamasi nomor 41. Selain ormas Islam, MUI membuka kesempatan bagi masyarakat untuk mendoakan almarhum Kiai Sahal Mahfudz. Kiai Sahal Mahfidz yang juga tokoh NU, wafat dini hari ini dalam usia 76 tahun akibat komplikasi yang beliau derita.