REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Bila ekacauan politik di Thailand kian berlarut-larut bersama kebuntuan politik tidak segera teratasi, dipastikan akan mempengaruhi jumlah wisatawan mancanegara.
Lembaga tink tank ekonomi terkemuka. Kasikorn Research Centre (KResearch) memperkirakan kunjungan sejuta wisatawan luar negeri bisa hilang jika protes memanjang sampai pertengahan 2014. Memang lembaga itu mengatakan industri pariwisata tahun ini masih memiliki prospek cerah dan sebagai bisnis bisa tumbuh jika kekacauan politik segera berakhir.
KResearch mengatakan 29 juta wisatawan asing yang diperkirakan akan mengunjungi negara itu tahun ini, naik 8,5 persen dari tahun sebelumnya dan bisa menghasilkan pendapatan lebih dari 1,4 triliun bath mengingat ekonomi Eropa membaik dan China telah melonggarkan aturan dan peraturan tentang bisnis pariwisata.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) direncanakan akan ditetapkan pada tahun 2015 dan maskapai penerbangan biaya rendah baru telah memfasilitasi wisatawan yang berkunjung ke Thailand, kata KResearch. Hanya saja krisis politik yang sedang berlangsung yang menyebabkan seruan Keputusan Darurat pada 22 Januari bisa menekan pertumbuhan usaha pariwisata.
KResearch mengatakan bahwa jika protes berkepanjangan sampai kuartal pertama, jumlah wisatawan asing akan berkurang dengan 500.000 sampai 28,5 juta wisatawan, menghasilkan 1,38 triliun bath, 20 miliar bath lebih rendah dari yang ditargetkan.
Jika demonstrasi terseret sampai ke pertengahan 2014, Thailand bisa kehilangan satu juta wisatawan, turun menjadi 28 juta, dan pendapatan dari usaha pariwisata akan menjadi 1,35 triliun bath atau merugi 50 miliar bath dari tahun lalu.
KResearch telah mendesak semua pihak - pemerintah dan swasta, serta media dan masyarakat umum - untuk serius dan tulus bekerja sama mencari solusi keluar dari kekacauan politik.