REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Dua pekan bentrokan etnis di kota besar Libya selatan Sebha telah menewaskan sedikitnya 88 orang dan melukai lebih dari 130 lainnya. "Antara pecah pertempuran pada 11 Januari dan Jumat (24/1) malam, jumlah korban tewas telah mencapai 88," kata direktur rumah sakit kota itu Abdallah Ouheida kepada AFP, Sabtu (25/1).
Dia menuturkan jumlah korban tewas sepenuhnya hampir pasti lebih tinggi karena adanya korban yang dibawa ke rumah sakit lain di wilayah itu. Dia mengatakan ada bentrokan sporadis pada Sabtu (25/1) tetapi tidak segera disiarkan adanya korban baru.
Pertempuran meletus antara anggota minoritas Toubou, kelompok etnis non-Arab, dan suku Arab bersenjata Awled Sleiman. Sejak ada pertempuran antara Awled Sleiman dan suku Arab lainnya dilaporkan telah melibatkan pendukung diktator Moamar Gaddafi yang dibunuh.
Para royalis Gaddafi telah mengambil keuntungan dari kekacauan untuk memulai serangan ulang terhadap pangkalan udara kota Tamenhant, kata Kepala Dewan Kota Ayoub Al-Zarrouk. Kongres Umum Nasional Libya mengumumkan keadaan darurat di selatan pada 18 Januari di dalam sidang luar biasa yang membahas kekerasan di Sebha.